Bisnis.com, JAKARTA - Tutupnya TikTok Shop seiring dengan hadirnya Permendag No.31/2023 dinilai belum memberikan dampak positif terhadap penjualan di pusat perbelanjaan, khususnya di ITC Cempaka Mas, Jakarta Pusat.
Pujiarti (38 tahun) seorang penjual seprai mengaku belum merasakan pengaruh dari tutupnya TikTok Shop, serta penghentian penjualan produk dari merchant luar negeri yang dilakukan oleh Shopee beberapa waktu lalu.
“Belum, masih sama, masih sepi,” kata dia saat ditemui di ITC Cempaka Mas, Jakarta Pusat, Selasa (10/10/2023).
Dia menuturkan, saat sebelum pandemi, dia mampu mengantongi hingga Rp3 juta dalam sehari. Pun dagangannya sepi, kala itu dia masih bisa meraup sekitar Rp1 juta hingga Rp2 juta per harinya.
Namun pascapandemi, ditambah dengan hadirnya platform penjualan online, dia mengaku cukup kesulitan.
“Sekarang mah Rp100.000, Rp500.000, susah nyari. Kadang nggak laris sekitar 3 hingga 5 hari. Bayangin, buat bayar sewa toko belum,” ungkapnya.
Baca Juga
Menurutnya, pemerintah juga perlu menutup platform online lainnya, seperti Shopee, Tokopedia, dan Lazada.
“Shopee, Lazada, itu harus ditutupin. Sekarang kalau TikTok doang percuma,” ujarnya.
Pendapat serupa juga disampaikan oleh Yudi (47 tahun). Pedagang kosmetik itu menilai lapaknya belum pulih seperti sebelum pandemi Covid-19. Dia mengungkapkan, pendapatannya turun 50 persen akibat pandemi Covid-19. Kondisi diperparah dengan hadirnya platform dagang online seperti TikTok Shop.
Diakuinya, para pedagang kalah harga jika dibandingkan dengan pedagang di platform online. Sebab, menurut dia, para pedagang konvensional memiliki pengeluaran lain seperti membayar sewa lapak, hingga membayar karyawan sehingga berpengaruh terhadap harga jual barang di tingkat konsumen.
Kondisi tersebut justru tidak dialami oleh pedagang online. Akibatnya, harga barang di platform jauh lebih murah.
“Kita kalah harga, karena kita bayar sewa mereka enggak. Mereka hanya modal suara doang jadi nggak bisa kita imbangi harganya,” jelas Yudi.