Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Luhut: LRT Bali Bakal Groundbreaking Tahun 2024

Luhut menyebut rencana pembangunan Lintas Rel Terpadu (LRT) di Bali dapat dimulai dengan groundbreaking pada 2024.
Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan dalam acara peluncuran Bursa Karbon Indonesia, Selasa (26/9/2023) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta. / YouTube OJK
Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan dalam acara peluncuran Bursa Karbon Indonesia, Selasa (26/9/2023) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta. / YouTube OJK

Bisnis.com, JAKARTA - Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves) Luhut Binsar Pandjaitan menyebut rencana pembangunan Lintas Rel Terpadu (LRT) di Bali dapat dimulai dengan melakukan peletakan batu pertama (groundbreaking) pada 2024.

Dirinya menyebut Presiden Joko Widodo (Jokowi) telah memberikan instruksi mengenai penajaman studi pembangunan LRT di Pulau Dewata ini.

"Kami dengan menhub [menteri perhubungan] akan segera mengadakan rapat teknis untuk melakukan penajaman studi, walaupun sebetulnya studinya sudah ada," katanya saat ditemui di Kuningan, Jakarta Selatan pada Kamis (28/9/2023).

Menurutnya, hal ini dilakukan untuk membenahi transportasi massal di Bali yang dinilai sangat bergantung pada pesawat udara.

"Karena kalau itu tidak kita lakukan, maka 2026 itu kita akan bisa stuck 3 jam di bandara," terang Luhut.

Jalur LRT nantinya akan terbentang hingga daerah Seminyak dan Canggu. Adapun model lintasan yang dipilih pemerintah adalah lintasan bawah tanah alias underground, agar dapat mengatasi kepadatan pembangunan.

"Sehingga dengan demikian trafik di lapangan terbang Bali waktu kita mencapai 24 juta penumpang pada 2025-2026 sudah bisa teratasi," katanya.

Ketika ditanya perihal investor asing yang menawarkan diri dalam proyek LRT Bali, Luhut mengaku telah berkomunikasi dengan beberapa negara. Dia menyebut akan menjatuhkan pilihan kepada negara yang mampu menawarkan sumber daya secara cepat, kredibel, serta mengutamakan transfer teknologi.

"Ada, sangat ada. Jadi yang jelas ada Korea, Jepang, China. Mana saja yang mau transfer kita teknologi cepat dan murah, kita akan ambil. Jadi kita tidak ada preferensi," bebernya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper