Bisnis.com, JAKARTA - Jepang diketahui akan memulai pembicaraan mengenai proyek carbon capture and storage (CCS) di Malaysia.
Mengutip Bloomberg, Senin (25/9/2023) Menteri Ekonomi Jepang Yasutoshi Nishimura diperkirakan akan bertemu dengan para eksekutif perusahaan minyak milik negara Malaysia, yakni Petronas dalam konferensi yang dimulai pada Senin di Jepang (25/9) serta menandatangani nota kesepahaman mengenai proyek tersebut.
Hal ini merupakan upaya pertama Jepang untuk mengangkut dan menyimpan emisi ke luar negeri, dan ditargetkan dimulai pada 2028.
Jepang sendiri menargetkan untuk mencapai netralitas karbon pada 2050 dan berencana menyimpan 120 hingga 240 juta ton CO2 per tahun di bawah tanah, yang setara dengan 10 persen hingga 20 persen dari produksi saat ini.
Sebagai catatan, mengutip dari Kementerian Perekonomian, Perdagangan dan Industri Jepang, Perdana Menteri Suga pada Oktober 2020 menyatakan tujuan untuk mewujudkan netralitas karbon pada 2050.
Dalam tujuannya tersebut, Jepang akan berupaya untuk memimpin dekarbonisasi secara global dengan mendirikan teknologi inovatif dan melakukan berbagai upaya dibawah inisiatif “Beyond Zero” yang juga sekaligus secara retroaktif mengurangi emisi CO2 sesuai dengan pendekatan basis stok, dan implementasi publik daripadanya.
Baca Juga
Kemudian, dikatakan bahwa untuk mencapai netralitas karbon global sangat penting untuk menghadapi tantangan tersebut bersama-sama dengan negara berkembang lainnya.
Dikatakan bahwa keadaan ekonomi dan geografis setiap negara berbeda. Untuk mendorong pengurangan emisi yang efektif, maka menurutnya perlu untuk memanfaatkan berbagai macam teknologi dan sumber energi, dibandingkan pendekatan yang seragam
Bagaimana dengan Indonesia?
Berdasarkan catatan Bisnis, pemerintah Indonesia dan Jepang membentuk Satgas atau Task Force untuk pelaksanaan transisi energi dan infrastruktur di Indonesia, dimana Jepang menyediakan pendanaan hingga Rp207 triliun per tahun.
Menteri Koordinator bidang Perekonomian Airlangga Hartanto juga mengutarakan bahwa kedua negara tengah membahas agenda lain seperti hydropower plant di Kayan Kalimantan Utara. Menurutnya pembangkit itu akan menggantikan PLTU di wilayah Pulau Jawa.
Kemudian, Airlangga juga mengatakan bahwa ada juga pengembangan carbon capture, teknologi efisien untuk pembangkit listrik geotermal, carbon capture, utilizaton and storage (CCUS), blue area, dan revitalisasi kawasan gambut dengan teknologi dari Jepang.
"Jepang lewat JBIC dan METI akan menyediakan pendanaan untuk proyek kerja sama dalam Task Force ini melalui Green Innovation Fund sebesar 2 triliun yen setiap tahun atau sekitar Rp207 triliun per tahun," tuturnya dalam keterangan resminya di Jakarta, Jumat (22/9).