Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

BP Batam Beberkan Dampak Jika China Batal Investasi di Rempang

BP Batam menyampaikan bahwa penolakan proyek Rempang Eco-City saat ini telah menjadi perhatian khalayak luas.
Pulau Rempang
Pulau Rempang

Bisnis.com, BATAM - Badan Pengusahaan (BP) Batam membeberkan dampak jika perusahaan asal China, Xinyi Glass Holding batal investasi di Pulau Rempang, Batam, Kepulauan Riau.

Kepala Biro Humas, Promosi dan Protokol BP Batam, Ariastuty Sirait, menyampaikan bahwa penolakan proyek Rempang Eco-City saat ini telah menjadi perhatian khalayak luas.

Dia mengatakan apabila proyek Rempang Eco-City yang menjadi salah satu proyek strategis nasional (PSN) terhambat, maka akan menimbulkan banyak pula performa tidak baik atau dampak negatif.

"Sejumlah penolakan yang terjadi, dapat membuat citra Batam [Indonesia] buruk dalam dunia investasi dan menurunkan tingkat kepercayaan investor terhadap Batam dan nama Indonesia secara lebih luas.” kata Tuty di Batam, Kamis (21/9/2023).

Selain itu, Tuty mengatakan apabila investasi hilang, maka peluang penciptaan lapangan kerja seluas-luasnya bagi masyarakat Rempang juga akan ikut hilang.

Tuty menyebut investasi di Pulau Rempang memberikan kesempatan anak penduduk tempatan, memperoleh haknya untuk mendapapatkan pendidikan yang terpadu dan sukses di daerah sendiri.

“Bila investasi ini hilang, maka belum tentu ada kesempatan yang sama bagi anak muda Rempang untuk mendapat pendidikan vokasi industri, kemudahan beasiswa hingga menjadi tenaga kerja yang skillfull meraih kesempatan berkarier di daerah mereka sendiri. Mereka tak perlu pergi keluar wilayah untuk mencari pekerjaan," ujarnya.

Lebih lanjut, Tuty mengatakan bahwa Indonesia saat ini tengah berkompetisi dengan negara tetangga untuk mendapatkan investasi jumbo dari Xinyi. Sehingga jika tidak segera direalisasikan, maka dikhawatirkan potensi investasi akan direbut negara lainnya.

“Investasi ini sangat besar. Kita sedang berkompetisi [dengan negara tetangga] untuk mendapatkan Investasi Rp174 triliun untuk Xinyi dan Rp381 triliun untuk PT MEG, sedangkan rata-rata total investasi di Batam saja per tahun adalah sebesar Rp13,63 triliun,” kata Tuty.

Dia mengaku optimistis kehadiran Xinyi, dapat menarik investasi lainnya, sehingga tercipta ekosistem usaha yang berdampak bagi Kawasan (multiplier effect).

“Pengembangan yang dilakukan akan terus mengedepankan kearifan lokal. Sehingga bukan hanya daerahnya yang akan maju, melainkan masyarakat akan terangkat pula. Kita tentu tidak berharap sebaliknya, bahwa tidak terciptanya ekosistem investasi di Kawasan yang berpotensi, menyebabkan stagnasi ekonomi wilayah tersebut," ujarnya.

Diberitakan sebelumnya, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves), Luhut Binsar Pandjaitan berharap investasi perusahaan asal China, Xinyi Glass Holdings Ltd., di Pulau Rempang dapat terealisasi di tengah konflik yang terjadi di wilayah tersebut.

Luhut mengatakan, Indonesia tidak boleh malu dalam mengintrospeksi langkah dan kebijakan yang diambil terkait masalah ini. Menurutnya, Indonesia harus mampu memperbaiki diri agar keyakinan calon-calon investor seperti Xinyi ke depannya tidak goyah.

Dia juga berharap investasi yang direncanakan Xinyi senilai Rp175 triliun di Pulau Rempang dapat terealisasi.

“Kita harapkan jangan lah, dulu kan kekonyolan kita juga [investor] lari ke tempat lain. Kalau ada yang salah, ya kita perbaiki,” kata Luhut pada pembukaan acara Marine Spatial Planning Services Expo (MSPS) 2023 di Jakarta, Selasa (19/9/2023).

Luhut melanjutkan, Pulau Rempang memiliki potensi investasi yang baik. Dia mengatakan, industri seperti photovoltaic, panel surya (solar panel), dan teknologi semi konduktor dapat dikembangkan di wilayah tersebut.

Dia juga menegaskan pemerintah Indonesia tidak membatasi investasi untuk perusahaan tertentu di Pulau Rempang. Indonesia membuka diri seluas-luasnya kepada para calon investor yang berminat menanamkan modalnya di wilayah tersebut.

“Jangan dihubungkan ada perusahaan ini dan sebagainya, enggak ada itu. Jadi sebelum mengkritik, cek dulu kebenarannya. Jangan asal ngomong saja,” kata Luhut.

Sebelumnya, Sekretaris Kementerian Koordinator Bidang Ekonomi, Susiwijono Moegiarso, mengatakan beberapa negara tetangga tengah merayu Xinyi itu mengalihkan investasi ke negaranya.

“Mereka [Xinyi] datang ke kantor [Kemenko Perekonomian] bertanya mengenai insiden yang ada di Pulau Rempang, kami sampaikan kalau tidak ada masalah, ini hanya soal komunikasi saja,” ujarnya.

Dia menyampaikan investor semacam Xinyi sensitif dengan isu ras dan agama yang berujung pada konflik. Pemerintah pun khawatir hal itu akan berpengaruh pada kelanjutan investasi raksasa pabrik solar panel tenaga listrik tersebut. Apalagi, lanjutnya, sejumlah negara tetangga tertarik menggaet Xinyi untuk investasi di negaranya.

Sejumlah negara seperti Malaysia, Thailand hingga Vietnam dikabarkan membujuk perusahaan asal China itu untuk mengalihkan investasinya.

Dia menyebut PM Malaysia Anwar Ibrahim sangat agresif saat ini untuk menarik investor. Apalagi nilai investasi yang direncanakan Xinyi cukup besar, mencapai US$11,6 miliar.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper