Bisnis.com, JAKARTA - Indonesia dan Korea Selatan (Korsel) merayakan HUT ke-50 hubungan diplomatik atau bilateral kedua negara. RI dan Korsel sepakat untuk meningkatkan kerja sama di berbagai bidang, mulai dari pengembangan mobil listrik hingga sektor manufaktur.
Duta Besar Korsel untuk Indonesia Lee Sang-Deok mengatakan bahwa Indonesia merupakan negara pertama yang menjadi tujuan investasi atau Foreign Direct Investment (FDI) Korsel.
Dia menuturkan Indonesia juga menjadi negara tujuan ekspor manufacturing plant, negara pertama bagi Korea untuk ladang minyak di luar negeri, serta negara pertama didirikannya kantor cabang KOICA di luar negeri.
“Indonesia menjadi mitra pertama yang bersama-sama memproduksi senjata mutakhir generasi baru dan juga negara satu-satunya yang menjalin hubungan ‘Special Strategic Partnership’ dengan Korea di kawasan Asia Tenggara,” ujarnya dalam acara perayaan HUT ke-50 tahun RI-Korsel di Hotel Fairmont Jakarta, Senin (18/9/2023).
Dalam pidatonya, Dubes Lee Sang-Deok menyampaikan bahwa sejarah hubungan kedua negara sudah sangat lama.
Dia bahkan mengungkapkan kata ‘Pertama’ dan ‘Satu-satunya’ sering dikaitkan untuk membicarakan hubungan Korea dan Indonesia.
Baca Juga
“Ingat peribahasa Indonesia ‘Berat sama dipikul, ringan sama dijinjing’? Mari kita bergandeng tangan bersama menuju ke masa depan,” ujarnya.
Menteri Perindustrian RI Agung Gumiwang Kartasasmita mengatakan momentum HUT ke-50 RI-Korsel dapat memberikan fondasi yang kuat bagi kedua negara untuk pulih dengan cepat dari kemerosotan ekonomi yang disebabkan oleh pandemi.
Menurutnya, kerja sama RI-Korsel lebih dari sekadar kepentingan ekonomi. Kemitraan ini mencakup spektrum kerja sama yang lebih luas yang akan membentuk masa depan dan mendekatkan kedua negara.
“Saya umumkan komitmen RI dan Korsel untuk menjajaki bidang-bidang kolaborasi baru seperti teknologi hijau, energi terbarukan, dan tentu saja pembangunan berkelanjutan. Baik Indonesia maupun Korea menyadari urgensi mengatasi perubahan iklim dan pentingnya transisi menuju ekonomi hijau,” jelasnya.
Dengan bekerja sama, lanjutnya, kedua negara dapat memanfaatkan keahlian dan sumber daya kolektifuntuk memberikan kontribusi yang berarti bagi dunia yang lebih hijau dan lebih berkelanjutan.
Setelah KTT Asean 2023 beberapa hari yang lalu, Agus mengatakan Indonesia dan Korea memiliki waktu untuk memanfaatkan nota kesepahaman di sektor manufaktur.
Meski fokus kerja sama di bidang industri, Agus yakin bahwa kontak dari orang ke orang (people to people) merupakan urat nadi hubungan diplomatik. Hal ini menumbuhkan pemahaman, pertukaran budaya, dan persahabatan yang langgeng saat RI-Korsel merayakan ulang tahun emas hubungan diplomatik diplomatik.
Oleh karena itu, dia mendorong inisiatif yang memperkuat kontak orang ke orang di antara kedua negara melalui pertukaran pendidikan, acara budaya, dan pariwisata.
“Saya percaya bahwa hal ini dapat semakin mempererat ikatan persahabatan dan saling pengertian di antara warga negara kita. Mari kita rangkul kesempatan ini untuk merayakan keberagaman kita dan mempromosikan persatuan melalui pertukaran budaya,” tuturnya.
Resepsi Peringatan 50 Tahun Hubungan Diplomatik Indonesia dengan Korea, yang dimeriahkan oleh penampilan penyanyi Ashanty sampai musik tradisional Korea Selatan samulnori.
Ashanty, yang menjadi duta kehormatan Kedutaan Besar Republik Korea di Indonesia untuk memperingati 50 tahun diplomasi Indonesia-Korea, tampil membawakan dua lagu pada acara itu, antara lain "Ojo Dibandingke".
Perayaan persahabatan kedua negara juga dimeriahkan pertunjukan samulnori, musik perkusi tradisional Korea yang terdiri dari empat alat, yaitu pungmul, kkwanggwari, jing dan janggu.
Setelah resepsi tersebut, Kedubes Korea mengadakan rangkaian acara Korean Week mulai 18 hingga 24 September untuk memperingati 50 tahun hubungan diplomatik Indonesia dan Korea Selatan.
Korean Week antara lain berisi lokakarya mengenai kerja sama kedua negara, Kimchi Festival, forum diskusi sampai konser K-Pop yang akan diselenggarakan pada 23 September mendatang.