Bisnis.com, JAKARTA – Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati terus memantau perkembangan harga minyak dunia yang telah tembus US$90/barel.
Sri Mulyani bahkan membahas hal tersebut secara langsung bersama Menteri Keuangan Arab Saudi Mohammed Al Jadaan dan Perdana Menteri Inggris Rishi Sunak.
“Di sela G20 Leaders Summit, saya berjumpa dan berbincang bersama kawan saya Menkeu Saudi Arabia Mohammed Al Jadaan dan PM Inggris Rishi Sunak, mengenai perkembangan harga minyak dunia akhir-akhir ini yang meningkat dan sempat mencapai US$90/ barel,” ungkapnya dalam unggahan di @smindrawati, dikutip Senin (11/9/2023).
Pasalnya, jumlah produksi minyak Arab Saudi sebagai produsen minyak terbesar dunia dan negara-negara yang termasuk dalam Organization of the Petroleum Exporting Countries (OPEC) menentukan pergerakan harga minyak.
Kondisi ketegangan geopolitik dan outlook ekonomi dunia terutama Amerika Serikat dan China akan menentukan arah harga komoditas termasuk minyak bumi.
Di dalam negeri, APBN kita dan perekonomian Indonesia sangat dipengaruhi pergerakan dan perubahan harga minyak.
Mengingat tahun lalu, kenaikan harga minyak yang melambung jauh dari perkiraan hingga US$100/barel membuat subsidi BBM bengkak dan naik lebih dari tiga kali lipat.
Menurutnya, perlu terus meningkatkan ketahanan energi dan meningkatkan kewaspadaan terhadap perubahan harga komoditas yang sangat dinamis.
“Menjaga ketahanan ekonomi Indonesia adalah tugas kita bersama. Langkah transformasi struktur perekonomian kita dengan peningkatan sumber energi alternatif dan renewable, akan meningkatkan ketahanan ekonomi kita,” tutup Sri Mulyani.
Kenaikan harga minyak dunia tersebut berimbas pada harga minyak mentah Indonesia atau Indonesia Crude Price (ICP) yang mengalami kenaikan sebesar US$7,53 per barel. Sebelumnya pada Juli sebesar dari US$75,06 per barel kemudian menjadi US$82,59 per barel.
Hal tersebut terjadi utamanya akibat pemotongan produksi minyak secara sukarela oleh Arab Saudi sebesar 1 Juta barel per hari akan berlanjut hingga September 2023.
Terlebih, Rusia yang juga merupakan pemasok minyak mentah, berencana menurunkan ekspornya hingga 300.000 barel per hari pada September 2023.