Bisnis.com, JAKARTA — Direktur Utama PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) atau PLN Darmawan Prasodjo memastikan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) Terapung Cirata berkapasitas 145 MWac atau setara dengan 192 MWp segera beroperasi komersial dalam waktu dekat.
Kepastian itu disampaikan Darmawan saat memamerkan kemajuan proyek pembangkit listrik terapung itu kepada Presiden Joko Widodo atau Jokowi bersama dengan sejumlah pemimpin negara di kawasan Asia Tenggara (Asean) lainnya, selepas pembukaan Asean Indo-Pacific Forum di Jakarta, Selasa (5/9/2023).
“Sudah siap untuk diresmikan tanggal 27 Oktober 2023, Pak Presiden,” kata Darmawan.
PLTS terapung yang diangggap terbesar di kawasan Asia Tenggara itu ditopang pembiayaan sindikasi tiga bank internasional, Sumitomo Mitsui Banking Corporation (SMBC), Societe Generale dan Standar Chatered dengan nilai sekitar US$140 juta atau setara dengan Rp2,13 triliun (asumsi kurs Rp15.255 per dolar AS).
Rencananya, PLTS terapung itu bakal mengalirkan listrik sekitar 245 juta kWh setiap tahunnya. Adapun, tarif listrik yang dipatok dari pembangkit surya ini cukup kompetitif dengan harga US$5,8 sen per kilowatt hour (kWh).
“PLTS terapung ini baru menggunakan sekitar 25 persen kapasitas, artinya kita masih bisa tambah sampai 1 gigawatt,” kata Darmawan.
Baca Juga
Pembangkit ini berada di atas area seluas 200 hektare di Waduk Cirata, Jawa Barat. Rencananya pasokan listrik akan dialirkan untuk 50.000 rumah tangga serta menyerap tenaga kerja lokal hingga 800 orang.
PLTS Terapung Cirata akan dijalankan oleh Pembangkitan Jawa Bali Masdar Solar Energi atau PMSE yang merupakan usaha patungan bentukan konsorsium cucu usaha PLN, PT PJB Investasi (PJBI) porsi saham 51 persen dengan perusahaan asal Uni Emirat Arab, Masdar porsi saham 49 persen.
Sebelumnya, Jokowi mendorong adanya skema pembiayaan berkelanjutan sekaligus saling menguntungkan untuk mengakselerasi transisi energi di kawasan Asia Tenggara atau Asean.
Inisiatif itu disampaikan Jokowi di hadapan pemimpin-pemimpin negara anggota Asean serta delegasi lainnya saat membuka Asean Indo-Pacific Forum di Jakarta, Selasa (5/9/2023).
“Pembiayaan yang berkelanjutan dan inovatif, Asean membutuhkan US$29,4 triliun untuk transisi energi,” kata Jokowi.
Proyeksi itu berasal dari riset International Renewable Energy Agency (IRENA) untuk jangka waktu sampai dengan 2050. Saat itu, negara-negara di kawasan Asia Tenggara diharapkan telah beralih 100 persen pada pembangkit listrik terbarukan.
Jokowi berharap masing-masing negara Asean dapat menginisiasi skema pembiayaan yang inovatif lewat kemitraan berkelanjutan dan saling menguntungkan untuk menjalankan program transisi tersebut.