Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Ada Ancaman dari Eropa, Baterai EV RI Masih Ada Harapan?

Uni Eropa menyusun rancangan aturan yang mewajibkan penggunaan baterai daur ulang dalam komponen EV yang dinilai dapat menjadi ancaman industri baterai RI
Ilustrasi pengguna sedang mengisi baterai mobil listrik./ Dok. Freepik.
Ilustrasi pengguna sedang mengisi baterai mobil listrik./ Dok. Freepik.

Bisnis.com, JAKARTA - Indonesian Mining & Energi Forum (IMEF) memandang industri baterai kendaraan listrik Indonesia masih prospektif ke depan kendati terdapat tantangan di pasar ekspor, seperti rencana Uni Eropa untuk mewajibkan penggunaan baterai daur ulang.

Ketua IMEF Singgih Widagdo menyebut bahwa kekayaan sumber daya mineral bahan baku baterai kendaraan listrik (electric vehicle/EV) yang dimiliki Indonesia dapat menjadi daya tawar yang kuat bagi pengembangan industri baterai di dalam negeri.

“Teknologi bisa saja mereka miliki, tetapi dengan strong bargaining kita di sisi sumber daya alam untuk mem-back up baterai, saya yakin kita lebih menjadi daya tarik industri baterai ke depan,” kata Singgih kepada Bisnis, Selasa (5/9/2023).

Berdasarkan data Badan Geologi Kementerian ESDM 2021, sumber daya bijih nikel Indonesia mencapai 17,68 miliar ton dengan cadangan 5,24 miliar ton. Untuk sumber daya logam nikel mencapai 177 juta ton dengan cadangan 57 juta ton.

Meski unggul dalam bidang sumber daya alam, Singgih menyampaikan bahwa Indonesia harus menjawab tantangan untuk membuat produk baterai EV produksi dalam negeri lebih kompetitif.

Salah satu cara menjawab tantangan tersebut dengan memperkuat kebijakan fiskal maupun non-fiskal di hulu atau di pertambangan.

“Kemudian sisi plant dan juga hilir di sisi market, menjadi poin penting menyukseskan target baterai EV di 2050,” ujarnya.

Diberitakan sebelumnya, Kementerian Investasi/Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) mengungkap ancaman terhadap laju ekspor komponen inti baterai kendaraan listrik dari Asean.

Sebagaimana diketahui, Indonesia dan Filipina memiliki sumber cadangan nikel besar yang menjadi incaran dunia. Indonesia sebagai pemain terbesar, sedangkan Filipina berada di posisi ke-6.

Di tengah potensi sumber daya tersebut, Deputi Bidang Promosi Penanaman Modal Kementerian Investasi/Kepala BKPM Nurul Ichwan mengatakan Uni Eropa tengah mengembangkan rancangan aturan yang mewajibkan penggunaan recycle battery dalam komponen EV.

"Dia nanti akan mensyaratkan bahwa dalam waktu tertentu, maka dari produksi baterai yang dihasilkan itu harus ada syarat minimum recycle baterainya," kata Nurul di sela-sela agenda Asean Business & Investment Forum 2023 di Hotel Sultan, Jakarta, Sabtu (2/9/2023).

Artinya, pada tahun-tahun pertama produksi baterai atau komponen baterai EV dari Asean ini masih dapat masuk ke Eropa. 

Namun, ketika sudah terkumpul, Eropa akan mengambil sisa inti dari baterai bekas untuk kemudian dijadikan resources dan diproses menjadi bahan baku baterai sendiri. Ketika Eropa telah memiliki bahan baku yang cukup, maka akan diproduksi baterai dengan recycle baterai bekas di sana. 


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper