Bisnis.com, JAKARTA — Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto memastikan jadwal operasi komersial atau onstream proyek Train 3 LNG Tangguh di Teluk Bintuni, Papua Barat dapat dikejar pada pertengahan September tahun ini.
Kepastian itu diperoleh Dwi setelah mendengar audiensi petinggi BP, sebagai operator lapangan, ke Menteri ESDM Arifin Tasrif di Kementerian ESDM, Jakarta, Senin (4/9/2023).
“Beberapa hari ke depan first drop, targetnya pertengahan September tapi ini mudah-mudahan bisa dipercepat,” kata Tjip, sapaan karibnya, saat ditemui selepas audiensi.
Tjip menuturkan, proyek itu sudah rampung menerima kepastian pembelian gas dari beberapa pembeli dalam negeri. Dengan demikian, dia memastikan persoalan ihwal komersialisasi gas angkut dari tambahan produksi Lapangan Tangguh sudah terselesaikan.
“Sudah beres itu semua,” kata dia.
Tangguh train 3 dengan kapasitas 3,8 million tons per annum (mtpa) dikembangkan berdasarkan persetujuan plan of development (POD) II dengan nilai investasi mencapai hingga US$11 miliar atau setara dengan Rp159 triliun.
Baca Juga
Pengembangan dimulai sejak 2016 dan mengalami beberapa kali kemunduran akibat pandemi Covid-19 sejak awal 2020 lalu. Selepas pelandaian pandemi, pemerintah meminta BP untuk mempercepat pengerjaan salah satu proyek strategis nasional (PSN) tersebut.
Proyek ini menghasilkan LNG dari ladang gas Wiriagar, Berau, dan Muturi di Teluk Bintuni, Papua Barat dengan luas 5.966,9 kilometer persegi. Produksi gas bumi rata-rata Lapangan Tangguh tahun 2021 sebesar 1.312 MMscfd, dan status per 14 Juni 2022 sebesar 1.162 MMscfd.
Produksi LNG dimulai pada Juni 2009, dan kargo LNG pertama dikirim pada Juli 2009. Proyek LNG Tangguh menghasilkan 7,6 juta ton LNG setiap tahunnya melalui Train 1 dan 2.
Sebelumnya, SKK Migas mencatat potensi pinalti BP atas keterlambatan operasi komersial Train 3 mencapai US$400 juta atau setara dengan Rp5,9 triliun (asumsi kurs Rp14.773 per US$) hingga awal tahun ini.
Seperti diketahui, 75 persen produksi dari Train 3 sudah dikontrak oleh PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) atau PLN. Sisanya, salur gas akan dialihkan untuk ekspor.
“Sisanya ada ekspor, kan sudah ada list pembelinya ya. Sebetulnya yang sulitnya itu, begitu Train-3 jatuh, ketika itu kontraknya bagaimana untuk menghindari penalti itu ada jadwalnya,” kata Dirjen Migas Tutuka Ariadji saat dikonfirmasi pada April 2023 lalu.