Bisnis.com, JAKARTA - India kembali memperketat pengiriman beras jenis basmati sehingga dapat memberikan tekanan lebih lanjut terhadap pasokan global.
Menurut pernyataan kementerian perdagangan India pada Minggu (27/8/2023), pemerintah akan menetapkan harga dasar US$1.200 per ton, untuk ekspor beras basmati.
Dikutip dari Bloomberg pada Senin (28/8/2023), upaya tersebut dilakukan untuk mencegah beberapa pedagang yang berusaha untuk menyelundupkan beras putih non-basmati yang sudah dilarang untuk ekspor melalui bea cukai. Beberapa okbum telah menyamarkan beras basmati sebagai varietas aromatik yang lebih mahal.
Keputusan untuk menetapkan harga minimum tersebut diambil setelah melihat variasi besar dalam harga ekspor biji-bijian. Dalam beberapa kasus, varietas aromatik dijual dengan harga US$359 per ton. Harga tersebut jauh lebih rendah dibandingkan dengan harga ekspor rata-rata US$1.214 pada bulan ini.
Pihak Kementerian Perdagangan India juga mengatakan bahwa kontrak beras basmati dengan nilai kurang dari US$1200 dapat dievaluasi oleh panel pemerintah, yang akan menyerahkan laporannya dalam waktu satu bulan.
Baca Juga
Pengetatan Jenis Beras Lainnya
Pada Jumat (27/8/2023), India juga mengenakan pajak ekspor sebesar 20 persen pada beras pratanak (parboiling rice). Beras pratanak menyumbang sekitar sepertiga dari total pengiriman beras India.
Presiden Asosiasi Eksportir Beras, B.V. Krishna Rao mengatakan bahwa langkah India mengenakan pajak pada beras pratanak dapat membuat menurunnya harga domestik, yang akan membantu pemerintah dalam mengendalikan inflasi pangan.
"Tapi, harga global akan naik dan pembeli harus menyerap kenaikan tersebut. Juga akan ada negosiasi ulang antara pembeli dan penjual pada beberapa kontrak," ungkapnya, seperti dikutip dari Bloomberg, Senin (28/8/2023).
Tak hanya itu, India juga melarang ekspor beras patah (broken rice) dan beras putih non-basmati. Negara Bollywood tersebut juga membatasi pengiriman gandum dan gula, dan membatasi penimbunan beberapa tanaman.
Tekait gandum, India sedang mempertimbangkan untuk menghapuskan retribusi impor 40 persen pada gandum, dan menjual tomat, bawang dan biji-bijian dari cadangan negara untuk meningkatkan pasokan global.
Sebagaimana diketahui, India memiliki pangsa sekitar 40 persen dalam perdagangan berasnya secara global pada 2022.
Harga beras Asia pada awal bulan ini melonjak ke level tertinggi dalam hampir 15 tahun, bahkan bisa naik lebih jauh lagi. Hal ini berdampak pada naiknya biaya bagi para importir seperti Filipina dan beberapa negara Afrika.