Bisnis.com, JAKARTA - Kenaikkan harga beras di pasar-pasar tradisional masih terus berlangsung, seiring produksi yang melemah.
Badan Pangan Nasional (Bapanas) mengungkapkan, naiknya harga beras yang terjadi di pasar rakyat lantaran produksi gabah yang menurun.
Direktur Distribusi dan Cadangan Pangan Bapanas Rahmi Widiriani menyampaikan, produksi gabah tidak sebanyak musim tanam utama mengingat saat ini sedang musim gadu.
“Saat ini musim gadu, produksi gabah tidak sebanyak musim rendeng,” kata Rahmi kepada Bisnis, Rabu (23/8/2023).
Adapun dia mengklaim bahwa cadangan beras yang ada di gudang Perum Bulog saat ini cukup, sekitar 1,3 juta ton. Rahmi memperkirakan, harga beras akan kembali melandai pada Oktober 2023.
“Harapan kita produksi yang ditargetkan kementerian teknis tercapai,” ujarnya.
Baca Juga
Menurut data Panel Harga Bapanas, Rabu (23/8/2023), harga beras premium naik 0,15 persen menjadi Rp13.800 per kilogram, dengan kenaikan tertinggi terjadi di Papua Rp15.790 per kilogram dan terendah di DKI Jakarta Rp10.870 per kilogram.
Sementara, harga beras medium naik 0,33 persen menjadi Rp12.150 per kilogram, dengan harga tertinggi terjadi di Kalimantan Selatan Rp18.540 per kilogram dan terendah di NTB Rp12.350 per kilogram.
Ketua Umum Ikatan Pedagang Pasar Indonesia (Ikappi) Abdullah Mansuri sebelumnya mengungkapkan, naiknya harga beras sudah terjadi dalam beberapa bulan terakhir.
Sebelumnya, harga beras premium rata-rata dijual Rp13.000 per kilogram, sedangkan beras medium di kisaran Rp10.000 hingga Rp11.000 per kilogram.
“Sekarang harganya relatif terus meningkat,” ungkapnya.
Dia mencatat, harga beras pera IR 42 mencapai sekitar Rp14.200 per kilogram. Lalu, beras sentra satu sebesar Rp13.500 per kilogram, beras medium seperti ramos Rp12.100 per kilogram, dan IR 64 sekitar Rp11.300 per kilogram.