Bisnis.com, JAKARTA — Indonesia dikabarkan telah resmi mendaftarkan diri menjadi anggota aliansi negara berkembang BRICS (Brasil, Rusia, India, China, dan Afrika Selatan) bersama dengan 12 negara lainnya.
Hal ini pertama dilaporkan oleh The Spectator Index pada Kamis (4/8/2023). Menurut laporannya, Indonesia sudah secara resmi mendaftarkan diri sebagai anggota BRICS. Adapun, kedua belas negara lain yakni Algeria, Argentina, Bahrain, Bangladesh, Mesir, Ethiopia, Iran, Mexico, Nigeria, Saudi Arabia, Uni Emirat Arab, dan Venezuela.
Dari mulanya empat negara, kini 40 negara berbondong-bondong mendaftar untuk bergabung dengan BRICS. Berdasarkan catatan Bisnis pada Jumat (28/7/2023), Indonesia merupakan salah satu negara yang menjadi kandidat kuat untuk masuk dalam organisasi tersebut.
Ulasan tentang dampak Indonesia bergabung dengan BRICS menjadi salah satu pilihan Bisnisindonesia.id, selain beragam kabar ekonomi dan bisnis yang dikemas secara mendalam dan analitik tersaji dari meja redaksi Bisnisindonesia.id.
Berikut intisari dari top 5 News Bisnisindonesia.id yang menjadi pilihan editor, Sabtu (5/8/2023):
Inggris Siapkan Rp135 Miliar untuk Indonesia Pacu Transisi EBT
Melimpah ruahnya potensi energi baru dan terbarukan (EBT), mulai dari energi surya, bayu, hidro, bioenergi, panas bumi, hingga laut yang totalnya mencapai 3.686 gigawatt (GW), menjadi daya tarik tersendiri bagi Indonesia.
Banyak negara kini mulai berlomba-lomba menjadikan Indonesia sebagai tujuan investasi hijau. Negara tersebut, antara lain Jepang, Inggris, Amerika Serikat, China, dan lain sebagainya.
Kendati nilai investasi energi terbarukan Indonesia dalam rentang 2015—2022 masih kalah jauh dibandingkan dengan India, seperti dikutip dataindonesia, Indonesia mempunyai ambisi untuk mempercepat pencapaian target nol emisi karbon (net zero emission/NZE).
Sejalan dengan itu, pemerintah juga sangat getol menjajaki peluang kerja sama pendanaan dengan sejumlah negara dan lembaga keuangan internasional. Harapannya, tentu saja untuk membantu Indonesia mewujudkan program transisi energi di Tanah Air.
Terbaru, Pemerintah Inggris melalui Menteri Keamanan Energi dan Net Zero Inggris Graham Stuart mengumumkan perpanjangan kerja sama Program Menuju Transisi Energi Rendah Karbon Indonesia (Mentari) antara Indonesia dan Inggris.
Tak tanggung-tanggung, program dukungan unggulan tersebut akan menggunakan dana sebesar 6,5 juta poundsterling atau sekitar Rp135 miliar dari Inggris dan bantuan teknis untuk menarik investasi bagi proyek energi terbarukan.
Untung Rugi Indonesia Masuk BRICS
Pencalonan Indonesia masuk dalam BRICS semakin menguat setelah Menteri Luar Negeri Retno LP Marsudi yang hadir dalam pertemuan secara virtual negara-negara BRICS yang dihelat pada 2 Juni 2023.
Analis dari Center for Economic and Law Studies (CELIOS) Muhammad Zulfikar Rakhmat mengatakan masyarakat perlu memahami terkait konteks dibangunnya BRICS. “Konteks berdirinya BRICS adalah untuk mengimbangi negara barat. Seandainya Indonesia bergabung ke BRICS, itu bisa menjadi pertanyaan terkait politik luar negeri kita, yang katanya bebas aktif,” ujarnya saat acara Diskusi Pakar Ekonomi Makro di redaksi Bisnis Indonesia.
Zulfikar kemudian juga mengatakan bahwa Amerika Serikat (AS) juga sudah memiliki sentimen sendiri terhadap BRICS. Menanggapi hal tersebut, dia menilai pemerintah Indonesia perlu berhati-hati jika seandainya ingin bergabung dalam BRICS dalam waktu dekat.
Kemudian, dia memaparkan banyak analis yang berpendapat bahwa nanti BRICS juga akan ada dominasi dari negara-negara tertentu. Walaupun, katanya, aliansi tersebut mengatakan bahwa adanya kerja sama negara selatan-selatan atau South-South Cooperation.
Garibaldi Thohir, Sang Penggerak Pasar
Penerus bisnis keluarga Thohir, Garibaldi Thohir atau yang biasa disapa dengan Boy Thohir cukup aktif di pasar modal Indonesia.
Pria yang juga merupakan kakak kandung Menteri BUMN Erick Thohir ini tercatat menggenggam saham di 5 emiten dengan nilai di atas 5 persen. Saham-saham ini belum termasuk dengan portofolio saham yang digenggam di bawah 5 persen, seperti GOTO dan anak usaha ASSA, Anteraja.
Daftar ini pun belum memasukan emiten-emiten anak usaha yang terafiliasi dengan entitas yang dipegang langsung oleh Boy Thohir, seperti ADMR.
Adapun, kelima emiten tersebut yakni PT Adaro Energy Indonesia Tbk. (ADRO), PT Merdeka Battery Materials Tbk. (MBMA), PT Merdeka Copper Gold Tbk. (MDKA), PT Provident Investasi Bersama Tbk. (PALM), dan PT Trimegah Sekuritas Indonesia Tbk. (TRIM).
Boy Thohir merupakan konglomerat di Indonesia, di mana dirinya merupakan CEO dan pemegang saham penting Adaro Energy, salah satu eksportir batu bara terbesar di dunia. Bahkan, dirinya tercatat menjadi orang terkaya ke-15 di Indonesia dengan harta kekayaan sebesar US$3,45 miliar atau setara dengan Rp51,8 triliun.
Kendati demikian, nyatanya perjalanan karier Boy tak selamanya mulus. Dia pernah mengalami gagal bisnis tapi juga dilarang sang Ayah untuk menjadi pegawai di sebuah perusahaan.
Fakta Operasional LRT Jabodebek Mundur ke Akhir Agustus
Pemerintah memastikan pengunduran jadwal operasi moda LRT Jabodebek pada akhir Agustus 2023. Sederet fakta mengiringi keputusan ini. Menteri Perhubungan (Menhub), Budi Karya Sumadi, menyatakan pemerintah tengah berupaya agar dapat mengoperasionalkan moda transportasi LRT Jabodebek pada Agustus 2023.
Menhub Budi telah meminta saran kepada Presiden Joko Widodo (Jokowi) agar transportasi publik pertama di Indonesia yang menggunakan sistem articulated bogie itu dapat segera digunakan oleh publik.
Sebelum rencana pemunduran ini mengemuka, Kementerian Perhubungan menjadwalkan operasi komersial perdana direncanakan pada 18 Agustus 2023, atau sehari setelah peringatan hari ulang tahun (HUT) ke-78 RI.
Akan tetapi, Menhub menyebutkan bahwa dalam proses uji coba dan kelayakan sistem, sudah ada tim dari Siemens yang memeriksa kesiapan operasi LRT Jabodebek secara detail mulai dari 1 Agustus—30 Agusuts 2023.
Panjangnya masa percobaan tersebut memantik rencana pemerintah untuk memundurkan rencana operasi komersial hingga akhir bulan ini.
Celah Baterai EV China Ikut Pesta Subsidi Amerika
Amerika Serikat, melalui Inflation Reduction Act (IRA) 2022, menyediakan subsidi besar-besaran bagi kendaraan listrik sekaligus memaksa produsen baterai membangun basis produksinya di Negeri Paman Sam. China bersiasat memanfaatkan celah untuk menangkap peluang.
China merupakan negara produsen baterai kendaraan listrik yang mendominasi pasokan dunia. Seperti SNE Research, dua pabrik baterainya, yakni CALT dan BYD, menguasai 52,5 persen pasar baterai mobil listrik sepanjang paruh pertama 2023.
Ini belum termasuk pabrikan yang masuk 10 besar dunia, seperti EVE Battery, Gotion, dan Sunwoda. Sepanjang paruh pertama 2023, ketiga pabrik baterai mobil listrik tersebut mengontribusi 5,8 persen pasar dunia, naik dari penguasaan pasar pada periode yang sama tahun sebelumnya di angka 5,6 persen.
Dengan demikian, pangsa pasar baterai dari lima pabrik China tersebut mendominasi pasar hingga 58,3 persen, membesar dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya di angka 52,6 persen.