Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rangkuman Keputusan The Fed, ECB, BOJ hingga Situasi Ekonomi Dunia

Berikut rangkuman perkembangan bank-bank sentral utama hingga situasi ekonomi dunia yang dihadapi kini.
Logo Federal Reserve Marriner S. Eccles di Washington, D.C., AS, Selasa (23/8/2022). Bloomberg/Graeme Sloan
Logo Federal Reserve Marriner S. Eccles di Washington, D.C., AS, Selasa (23/8/2022). Bloomberg/Graeme Sloan

Bisnis.com, JAKARTA — Federal Reserve (The Fed), Bank Sentral Eropa (ECB) dan Bank of Japan (BOJ) kini menjadi sorotan. Diketahui bahwa pembuat kebijakan Amerika Serikat (AS) dan Eropa memilih untuk menaikkan suku bunga tambahan sehingga menciptakan dinamika ekonomi global

Dikutip dari Bloomberg pada Minggu (30/7/2023), The Fed dan ECB sama-sama menaikkan biaya pinjaman sebesar seperempat persentase poin, sambil membuka opsi untuk menaikannya kembali pada pertemuan berikutnya, September 2023. 

Kemudian, BOJ juga membuat keputusan yang mengejutkan, dengan melonggarkan kebijakan kontrol kurva imbal hasil. Hal tersebut sebagai upaya bank sentral untuk menekan suku bunga dan merangsang ekonomi.

Upaya tersebut memicu spekulasi perubahan yang lebih drastis pada biaya pinjaman negara yang sangat rendah. 

Selanjutnya, Dana Moneter Internasional (IMF) meningkatkan perkiraannya untuk pertumbuhan global pada tahun ini, sehingga menambah banyak suara yang melihat potensi soft landing di AS. 

Sebuah laporan juga menunjukan perekonomian AS secara tidak terduga berakselerasi pada kuartal II/2023. Inflasi di Negeri Paman Sam juga tercatat mereda. 

Beralih ke luar bank sentral utama, pejabat di Ghana mengejutkan pasar keuangan dengan menaikkan biaya pinjaman ke rekor tertinggi. Bank sentral Nigeria juga memperpanjang pengetatan moneter, terpanjang dalam beberapa tahun. 

Di sisi lain, Indonesia tercatat mempertahankan suku bunganya di 5,75 persen ketika inflasi Tanah Air sudah relatif melandai. Lalu, Hungaria dan Chili juga melakukan pemotongan suku bunga. 

IMF menaikkan prospek ekonomi dunia tahun ini. Lembaga tersebut memperkirakan bahwa risiko telah mereda dalam beberapa bulan terakhir setelah AS menghindari gagal bayar utang.

Sorotan lainnya adalah risiko pangan yang kembali meningkat lantaran munculnya kekhawatiran atas pasokan beras, yakni sumber pangan pokok yang diandalkan oleh hampir separuh populasi dunia. 

Sebagaimana diketahui bahwa eksportir utama India melarang sebagian besar ekspornya, mengirim harga di Asia ke level tertinggi dalam lebih dari tiga tahun. Diperkirakan bahwa biaya makanan akan melonjak lebih jauh lagi. 


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper