Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Getol Serbu Pasar Indonesia, China Babak Belur di Negeri Sendiri

Skor manufaktur China tercatat babak belur selama April hingga Juni 2023. Padahal, mereka getol mengirimkan produk ke Indonesia.
Ilustrasi kegiatan industri manufaktur/Reuters
Ilustrasi kegiatan industri manufaktur/Reuters

Bisnis.com, JAKARTA – Skor manufaktur negeri Tirai Bambu tercatat jeblok selama tiga bulan terakhir, mulai April hingga Juni 2023. Padahal, negara ini disebutkan jor-joran mengekspor berbagai produk industrinya ke pasar domestik Indonesia.

Pada Juni 2023, S&P Global mencatat skor purchasing manager’s index (PMI) manufaktur Indonesia capai angka 52,5, cukup jauh dibandingkan China sebesar 49 poin atau berada di level kontraksi.

Sebagai gambaran, PMI menggunakan angka 50 untuk netral. Nilai di atas garis tengah ini menunjukkan ekspansi. Sedangkan sebaliknya, saat indeks di bawah nilai 50 terjadi perlambatan atau kontraksi.

Bulan sebelumnya, Mei 2023 meskipun Indonesia mengalami level ekspansi yang tipis pada angka 50,3, namun skor ini masih lebih tinggi dari China yang tercatat pada angka 48,8.

Lalu April, Indonesia pada skor 52,7 dan China memasuki masa awal kontraksi dengan skor 49,2. Hal ini dikarenakan pada Maret 2023, skor manufaktur China masih berada di level ekspansi, 51,9. Skor tersebut sama persis dengan skor manufaktur Indonesia pada bulan yang sama.

Padahal, negara Tirai Bambu ini sempat meresahkan berbagai subsektor industri manufaktur seperti industri keramik dan industri tekstil dan pakaian jadi, karena mengekspor produk dalam jumlah yang banyak dan dengan harga yang lebih miring.

Dengan demikian, produk dari industri dalam negeri baik industri keramik maupun industri pakaian jadi, kehilangan persaingan pasar domestik. Pelaku industri dari kedua sektor tersebut, kemudian mengadu kepada pemerintah untuk dapat mempertahankan pasar domestik.

Dalam catatan Bisnis.com, Minggu (2/7/2023) Asosiasi Aneka Industri Keramik (Asoka) mengajukan kebijakan antidumping terhadap produk keramik asal China kepada pemerintah. 

Pelaku usaha geram, karena gempuran produk dari China tersebut telah sanggup membuat utilitas industri keramik dalam negeri turun, dari semula 78 persen menjadi 75 persen.

Begitu juga dengan pelaku industri tekstil dan produk tekstil (TPT) yang mengajukan pembentukan badan sandang bakal mengatur industri tekstil lebih baik.

Dalam catatan Bisnis.com, Rabu (21/6/2023), Pengusaha tekstil mengusulkan pembentukan Badan Sandang, imbas dari merosotnya produktivitas sektor ini sejak tahun lalu. Hal itu tercermin dari utilitas industri ini yang berada di bawah angka 50 persen baik sektor hulu maupun hilir.

Usulan pembentukan Undang-Undang dan instansi yang mengurusi industri tekstil dan produk tekstil (TPT) ini diajukan oleh Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) dalam rapat bersama dengan Badan Legislasi DPR RI. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Widya Islamiati
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper