Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Janet Yellen Jawab Rencana BRICS Rilis Mata Uang Baru Penantang Dolar AS

Menteri Keuangan AS Janet Yellen memberikan pandangannya mengenai rencana negara BRICS untuk mengeluarkan mata uang baru, pesaing dolar AS.
Ilustrasi Dolar AS/Reuters
Ilustrasi Dolar AS/Reuters

Bisnis.com, JAKARTA – Menteri Keuangan Amerika Serikat (AS) Janet Yellen meyakini meski negara-negara BRICS, Brazil, India, Rusia, dan China, berencana untuk mengeluarkan mata uang baru, dolar AS akan tetap kuat. 

Melansir dari Reuters, Minggu (9/7/2023), Yellen saat bertemu pejabat senior China baru baru ini memperkirakan mata uang negaranya akan tetap menjadi mata uang dominan dalam transaksi internasional.

"Semua data yang saya ketahui menunjukkan bahwa dolar sangat dominan, hampir 90 persen, digunakan dalam transaksi internasional dan saya tidak berpikir bahwa ada alternatif lain yang dapat menggantikannya di masa mendatang,” ujarnya. 

Sebagai informasi, BRICS pertama kali dicetuskan pada 2001 oleh Jim O’Neill yang saat itu bekerja di Goldman Sachs Group Inc. Negara-negara tersebut sependapat untuk membentuk mata uang baru, yang nantinya akan mengalahkan dolar AS. 

BRIC pun telah bekerja sama dalam berbagai forum seperti Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) dan yakin bahwa peran mereka dalam dunia yang didominasi oleh AS akan lebih besar jika suara mereka digabungkan.

Sejauh ini, rencana tersebut masih belum terealisasi. Secara umum, BRICS serupa dengan berbagai kelompok seperti G20 yang mewakili pergerakan menuju dunia yang lebih bersifat multipolar serta menjauhi dunia yang didominasi oleh Amerika Serikat sejak berakhirnya Perang Dingin.

Adapun hambatan terbesar yang dihadapi oleh negara-negara tersebut antara lain adalah perbedaan kepentingan dalam isu-isu politik dan keamanan termasuk hubungan dengan AS hingga serta sistem pemerintahan dan ideologi yang berbeda.

Bahkan hingga kini, tercatat sekitar 19 negara yang telah menyatakan ketertarikannya untuk untuk bergabung bersama BRICS, termasuk Arab Saudi dan Iran.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper