Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Potensi Pasar Ekonomi Berbasis Alam Mencapai Rp330 Triliun

Forum Bisnis dan Investasi Inovasi Berbasis Alam menguak potensi nilai pasar dari berbagai sektor ekonomi hijau yang digeluti masyarakat.
Leonard Theosabrata selaku Direktur SMESCO Indonesia dan Pradana Indraputra selaku Staf Khusus Kementerian Investasi mengupas potensi investasi dan kolaborasi berbasis  alam/Istimewa
Leonard Theosabrata selaku Direktur SMESCO Indonesia dan Pradana Indraputra selaku Staf Khusus Kementerian Investasi mengupas potensi investasi dan kolaborasi berbasis alam/Istimewa

Bisnis.com, JAKARTA- Dalam penyelenggaraan Forum Bisnis dan Investasi Inovasi Berbasis Alam berhasil memetakan potensi nilai pasar komoditas dan kegiatan ekonomi hijau hingga Rp330 triliun. Forum itu merupakan inisiasi dari Badan Koordinasi Penanaman Modal atau BKPM.

Berbeda dengan forum investasi lainnya yang biasanya menyoal sektor industri keuangan ataupun industri mineral, forum tersebut menawarkan berbagai portofolio bisnis untuk komoditas dari alam yang dihilirisasi dan dikelola secara lestari.

Forum tersebut berhasil mengamankan komitmen investasi sebesar US$22,7 Juta untuk mendorong pengembangan hilirisasi maupun rantai pasok gotong royong komoditas berbasis alam. Dari US$22,7 Juta  komitmen investasi tersebut, sebanyak US$ 2,7 juta komitmen pendanaan berhasil dikantongi oleh Kabupaten Sigi yang menjadi ikon bioekonomi nasional.

Terdapat setidaknya 21 portofolio berbasis inovasi alam dan komoditas yang dihadirkan seperti portofolio albumin yang berasal dari ikan gabus dari Kabupaten Siak dan Sintang.  Kegiatan ini berhasil mengkombinasikan teknologi pangan modern dengan praktik tradisional masyarakat.

Selain itu terdapat portofolio minyak atsiri untuk nilam dari Kabupaten Aceh Tamiang serta komoditas vanila, kopi dan kakao dari Kabupaten Sigi ataupun portfolio industri kelapa hijau terintegrasi dari Kabupaten Gorontalo. Potensi nilai pasar global dari keseluruhan portofolio tersebut mencapai lebih dari US$223 miliar atau setara dengan Rp330 Triliun.

Selain investasi, forum ini juga melahirkan berbagai komitmen dukungan pendanaan, maupun kerja sama multipihak antara mitra strategis nasional, K/L terkait, sektor usaha dan keuangan. Hal ini merupakani momentum pengungkit awal untuk mendorong model ekonomi baru di Indonesia. 

Ada 6 Nota Kesepakatan (MoU) dan 4 deklarasi komitmen baik dalam skala regional maupun nasional yang dilahirkan dalam forum ini.  Salah satu kesepakatan yang dicapai adalah pengembangan riset dan inovasi bersama UPT Sumberdaya Hayati Sulawesi Herbarium Celebense Universitas Tadulako untuk memperdalam peluang bioekonomi di Sulawesi Tengah.

Selain itu terdapat juga Komitmen Universitas Indonesia dan Koalisi Ekonomi Membumi untuk mengembangkan bioekonomi di Indonesia melalui pendekatan penanaman modal lestari yang ramah lingkungan dan ramah sosial. Tak kalah penting, lahir pula komitmen Restorative Cocoa Initiative untuk mendorong hilirisasi kakao berbasis agroforestri oleh PISAGRO, LTKL, Cocoa Sustainability Partnership (CSP), Tropical Forest Alliance dengan target mobilisasi pendanaan sebesar US$ 20 Juta dalam 3 tahun ke depan.

Insan Syafaat, Direktur Eksekutif dari Pisagro mewakili Working Group Restorative Cocoa Indonesia menyatakan komitmennya untuk membentuk Working Group Kakao Restoratif Indonesia demi mendukung praktik baik pengembangan perekonomian yang berbasis inovasi alam yang berkelanjutan.

“Kami berkomitmen untuk untuk mengembangkan jaringan terpadu fasilitas inovasi dan dukungan, yang mencakup persemaian, pusat pengolahan kakao berbasis masyarakat dan pusat logistik. Dimulai di Sulawesi Tengah kami menargetkan 10.000 hektar kakao dikelola dengan lestari berbasis agroforestri dan melibatkan 5.000 petani dengan target mobilisasi 20 Juta Dolar untuk mewujudkan komitmen tersebut di berbagai daerah penghasil komoditas kakao di Indonesia”, ujar Insan, dalam Siaran Pers, Kamis (6/7/2023).

Sementara itu, Arma Janti, perwakilan dari Balai Besar Taman Nasional Lore Lindu (TNLL) menjelaskan bahwa dalam forum ini juga pertama kalinya diperkenalkan model pengelolaan ekonomi restoratif untuk pengelolaan Cagar Biosfer Lore Lindu yang ada di Sulawesi Tengah. Model pengelolaan ekonomi restoratif menitik beratkan pada  kegiatan ekonomi dan keberlangsungan fungsi alam serta budaya yang saling memulihkan dan memperkuat satu sama lain.

“Cagar Biosfer Lore Lindu yang berada di Kabupaten Sigi, Poso, Parigi Moutong, Donggala dan Kota Palu dikelola oleh Taman Nasional Lore Lindu dan meliputi 76 desa yang lebih dari 70% nya telah menandatangani kesepakatan nol deforestasi dan berkomitmen mengembangkan komoditas berbasis alam unggulan. Komitmen ini dimanifestasikan melalui Forum Koordinasi dan Komunikasi Pengelolaan Cagar Biosfer Lore Lindu,” jelas Arma Janti.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Kahfi
Editor : Kahfi
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper