Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Taktik Emiten Anak Usaha Pelindo Genjot Kinerja, Lirik Timur Indonesia

PT Indonesia Kendaraan Terminal Tbk. (IPCC) dan PT Jasa Armada Indonesia Tbk. (IPCM) berupaya melirik potensi di wilayah timur Indonesia.
Mobil diparkir di kawasan PT Indonesia Kendaraan Terminal Tbk (IPCC) di Jakarta, Rabu (12/9/2018)./JIBI-Abdullah Azzam
Mobil diparkir di kawasan PT Indonesia Kendaraan Terminal Tbk (IPCC) di Jakarta, Rabu (12/9/2018)./JIBI-Abdullah Azzam

Bisnis.com, BADUNG — Dua emiten anggota holding Pelindo, yakni PT Indonesia Kendaraan Terminal Tbk. (IPCC) dan PT Jasa Armada Indonesia Tbk. (IPCM) berupaya mengoptimalkan bisnis di lingkup grup tersebut untuk mempertahankan kinerja positif tahun ini, terutama dengan melirik potensi di wilayah timur Indonesia.

Setelah merger pada akhir 2021, Pelindo menaungi empat sub-holding yang di bawahnya mencakup 20 anak perusahaan sebagai pegelola bisnis inti. Dari seluruh anak perusahaan, dua di antaranya melantai di bursa, yakni IPCC dan IPCM.

Presiden Direktur Indonesia Kendaraan Terminal Sugeng Mulyadi menjelaskan bahwa pihaknya mengelola pengiriman 600.000 unit kendaraan atau sekitar 57 persen dari produksi kendaraan nasional. Distribusi dalam negeri maupun ekspor terus mengalami pertumbuhan, sejalan dengan pemulihan ekonomi nasional dan regional pasca Covid-19.

Pada kuartal I/2023, pendapatan IPCC tercatat mencapai Rp191,2 miliar atau tumbuh 27,4 persen (year-on-year/YoY) dari Rp150 miliar. Hal itu mendorong laba perseroan per kuartal I/2023 menjadi Rp42,3 miliar, naik 20,05 persen (YoY) dari Rp35,3 miliar.

Sugeng menilai bahwa terdapat potensi pertumbuhan penjualan kendaraan pada tahun ini seiring membaiknya daya beli masyarakat, sehingga akan menopang kinerja IPCC. Meskipun rangkaian pemilu akan segera berlangsung, dia meyakini bahwa masyarakat tidak akan menunda belanja kendaraan untuk pemenuhan kebutuhan mobilitas.

Potensi di pasar domestik pun akan dioptimalkan melalui upaya penguatan distribusi ke luar Jawa, terutama wilayah timur Indonesia. Sugeng menilai bahwa terbentuknya holding Pelindo dapat menunjang terciptanya rantai logistik yang lebih efisien, yang nantinya bisa membuat harga kendaraan lebih kompetitif.

"Sejalan dengan merger, karena ini bagian dari hasil pemulihan bisnis di holding Pelindo, kami akan mengoperasikan roll on-roll off [RoRo] atau terminal kendaraan yang memberikan nilai tambah bagi perusahaan. Yang sekarang sedang dijajaki itu Balikpapan, kemudian nanti di Surabaya, dan Indonesia timur," ujar Sugeng, Kamis (25/5/2023).

Optimalisasi terminal-terminal satelit oleh IPCC mulai berlangsung pada tahun lalu. Sugeng meyakini bahwa layanan yang terstandardisasi di setiap terminal akan membuat produsen kendaraan lebih yakin dalam menggunakan layanan IPCC, sehingga distribusi kendaraan bisa lebih luas dan efisien dan akan membantu perekonomian berbagai wilayah.

"Di sekitar Aceh, Kalimantan, inden masih lama untuk [pemesanan] kendaraan-kendaraan seperti Fortuner, Pajero, yang tahan banting untuk melewati jalan-jalan berat itu. Kami sedang buat kajian untuk melancarkan distribusi ke sana dan Indonesia timur, supaya lebih efisien lagi," katanya.

Sementara itu, Direktur Utama Jasa Armada Indonesia Shanti Puruhita menjelaskan bahwa pihaknya menjalankan layanan yang bersifat wajib atau mandatory dalam lalu lintas kapal, seperti jasa pemanduan dan penundaan kapal (pilotage and towage), serta manajemen armada. Hal tersebut membuat bisnis IPCM relatif resisten dalam kondisi ekonomi yang menantang.

Pada kuartal I/2023, IPCM mencatatkan pendapatan Rp291,6 miliar atau tumbuh 36,8 persen (YoY) dari Rp213 miliar. Alhasil, pada kuartal I/2023 IPCM membukukan laba Rp47,1 miliar atau naik 25,1 persen (YoY) dari sebelumnya Rp37,7 miliar.

Mulanya, IPCM menjalankan bisnis di wilayah operasional Pelindo regional 2, yakni dari Sumatra Barat hingga Jawa Barat dan Kalimantan Barat. Pasca merger Pelindo, IPCM pun bisa menjalankan layanan di Aceh dan kini melirik potensi bisnis di wilayah lainnya.

"Kami mengejar potensi [kapal pengiriman hasil] tambang, kapalnya kan tetap harus menggunakan layanan pandu dan tunda. Kapalnya [yang disediakan IPCM] sesuai jenis komoditas tambangnya. Kami sedang mengincar potensi yang nikel, [komoditas] lain-lainnya, tambang di wilayah timur," ujar Shanti pada Jumat (26/5/2023).

Shanti menjelaskan bahwa bisnis yang bersifat mandatory tidak selalu memberikan profitabilitas yang maksimal, karena operasional layanan di sejumlah pelabuhan mungkin belum sesuai ekspektasi komersil tetapi berperan dalam membantu geliat perekonomian daerah. Oleh karena itu, IPCM pun menggenjot bisnis di luar Pelindo.

Pada kuartal I/2022 bisnis non Pelindo berkontribusi 20 persen terhadap pendapatan perseroan, lalu pada kuartal I/2023 porsinya naik menjadi 27 persen. Shanti menyebut bahwa hal itu turut memengaruhi bottom line IPCM, sehingga akan menjadi strategi untuk mendorong profitabilitas ke depannya.

"Bisnis di luar Pelindo di antaranya [pembayaran] dengan [mata uang] dolar, itu menyebabkan kami mencapai peningkatan signifikan. Alhamdulillah metode [optimalisasi bisnis di luar Pelindo] berhasil, sehingga komersialisasi itu kami ukur dan hasilnya terlihat dari kinerja keuangan," katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Halaman
  1. 1
  2. 2
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper