Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Laporan Accenture: Satu Miliar Konsumen Digital Baru Muncul Satu Dekade Mendatang

Satu dekade mendatang, hampir tujuh dari sepuluh konsumen digital Indonesia lebih memilih berbelanja di aplikasi media sosial daripada platform lainnya.
Ilustrasi bank digital. /Freepik
Ilustrasi bank digital. /Freepik

Bisnis.com, JAKARTA — Hasil studi perusahaan konsultasi manajemen Accenture menunjukkan bahwa dalam satu dekade mendatang akan terdapat lebih dari satu miliar konsumen digital baru yang berkembang pesat di delapan negara, termasuk Indonesia. 

Berdasarkan studi Accenture Song bertajuk "The Next Billion Consumers: A Fast- Growing Opportunity for Digital Commerce", lebih dari satu miliar konsumen digital native akan berkembang pesat. Mereka berasal dari generasi baru yang lebih melek digital dan adaptif terhadap perkembangan teknologi.

Konsumen digital itu berada di rentang usia 6—26 tahun dan perilakunya memberikan wawasan penting bagi pertumbuhan komersial masa depan. Accenture menemukan pertumbuhan konsumen digital yang cepat di delapan negara, yakni Indonesia, Bangladesh, Mesir, Ethiopia, India, Kenya, Nigeria, dan Filipina.

Segmen inti konsumen digital baru itu mencakup tiga generasi, yaitu gen alfa yang lahir pada 2011—2025, gen Z  yang lahir pada 1995—2010, dan milenial yang lahir pada 1977—1994.

Para konsumen digital yang baru itu mewakili 36 persen atau lebih dari satu per tiga populasi negaranya. Artinya, lebih dari satu per tiga penduduk Indonesia akan menjadi konsumen digital yang potensial.

Accenture menyoroti salah satu temuan yang relevan bagi Indonesia, yakni 67,6 persen atau hampir tujuh dari sepuluh konsumen digital lebih memilih berbelanja di aplikasi media sosial daripada platform lainnya. Jumlah itu lebih tinggi dari konsumen negara lain, menjadikan para pengambil keputusan harus memikirkan ulang strategi mereka.

Global Commerce Lead Accenture Song, Fabio Vacirca, menjelaskan bahwa dalam studi itu Accenture menemukan perdagangan digital ke depannya akan semakin mampu mengatasi berbagai hambatan tradisional untuk masuk ke pasar delapan negara potensial di atas. Satu miliar konsumen digital baru itu akan menjadi peluang besar bagi perusahaan global. 

Di sisi lain, studi yang sama juga menunjukkan bahwa meskipun pendapatan perdagangan digital meningkat empat kali lipat sejak 2017, menjadi US$211 miliar pada 2022 di kedelapan negara itu—termasuk pertumbuhan yang mencapai hampir tiga kali lipat di Indonesia—sebagian besar perusahaan multinasional ternyata tidak siap untuk melayani para konsumen digital baru itu.

"Saat ini, para perusahaan baik yang beroperasi di negara-negara tersebut perlu menyadari bahwa konsumen digital baru ini akan semakin relevan. Begitu juga bagi para perusahaan multinasional yang ingin mengembangkan bisnis mereka dan menyeimbangkan portofolio global mereka," ujar Vacirca pada Rabu (10/5/2023).

Menurutnya, perusahaan-perusahaan perlu menyadari bahwa strategi yang berdasarkan pada model konsumerisme barat, yaitu evolusi perlahan dari model perdagangan tradisional ke model perdagangan digital yang terjadi selama beberapa dekade, tidak akan berhasil untuk konsumen baru ini.

"Untuk itu, perusahaan harus langsung mengutamakan pendekatan digital dan meninggalkan pendekatan yang lama dan kuno,” kata Vacirca.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Editor : Kahfi
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper