Bisnis.com, JAKARTA — PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. (BMRI) menyatakan bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia kuartal I/2023 menunjukkan pemulihan dan ketahanan. Kondisi perekonomian tahun ini diperkirakan akan tetap kuat, meskipun melambat dari tahun lalu.
Ekonom Bank Mandiri Faisal Rachman menjelaskan bahwa kinerja pertumbuhan ekonomi kuartal I/2023 di 5,03 persen (year-on-year/YoY) mampu meningkat dari kuartal-kuartal sebelumnya. Hal itu, menurutnya, menunjukkan pemulihan dan ketahanan ekonomi yang berkelanjutan.
"Angka realisasi tersebut mengalahkan perkiraan pasar sebesar 4,97 persen [YoY] dan perkiraan kami sebesar 4,94 persen [yoy]. Rebound pengeluaran pemerintah lebih baik dari yang diantisipasi," tulis Faisal dalam laporan Bank Mandiri, Jumat (5/5/2023).
Indonesia berada di periode ekspansi kedelapan berturut-turut, di tengah peningkatan konsumsi rumah tangga yang lebih cepat dan peningkatan belanja pemerintah.
Menurut Faisal, hal itu mengindikasikan pergeseran sumber pertumbuhan dari sektor eksternal, yakni ekspor terkait komoditas, ke sektor domestik.
Dia pun menilai bahwa capaian pertumbuhan ekonomi kuartal I/2023 menjadi sinyal bahwa perekonomian Indonesia akan tetap tangguh pada 2023, meskipun ekonomi global sedang lesu.
Baca Juga
Penurunan inflasi menjadi salah satu faktor penunjang konsumsi rumah tangga—kontributor terbesar produk domestik bruto (PDB) Indonesia.
Bank Mandiri memperkirakan bahwa kemungkinan besar sumber pertumbuhan ekonomi Indonesia 2023 akan bergeser dari sektor eksternal ke sektor domestik.
Kegiatan ekspor terlihat melemah seiring dengan perlambatan ekonomi global, tetapi pembukaan kembali ekonomi China dapat mendukung permintaan eksternal sampai taraf tertentu.
Konsolidasi fiskal atau kembalinya defisit fiskal menjadi di bawah 3 persen terhadap PDB lebih cepat dari rencana awal memberikan ruang bagi pemerintah untuk kembali ke kebijakan pro-pertumbuhan, termasuk persiapan Pemilu 2024.
Faisal juga menjelaskan bahwa sumber Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) atau investasi tetap pada 2023 akan bergeser dari investasi non-bangunan dan konstruksi, khususnya investasi terkait komoditas, menjadi investasi di sektor bangunan dan konstruksi.
Hal itu mungkin bisa terjadi pada semester II/2023, ditopang oleh peningkatan anggaran infrastruktur dalam APBN 2023, kelanjutan Proyek Strategis Nasional (PSN), proyek hilirisasi, dan pembangunan ibu kota negara (IKN) baru.
"Secara keseluruhan, kami mempertahankan perkiraan kami bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia akan turun menjadi 5,04 persen pada 2023, dari 5,31 persen pada 2022," ujar Faisal.