Bisnis.com, JAKARTA — Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) memastikan proyek pembangunan Train 3 LNG Tangguh di Teluk Bintuni, Papua Barat dapat mulai beroperasi komersial atau onstream pada November 2023.
Sementara itu, pengaliran gas perdana atau first gas dari proyek Train 3 LNG Tangguh diharapkan dapat dilangsungkan pada Juli 2023 mendatang.
“First gas-nya saya kira sekitar Juni atau Juli, nanti baru komersialnya November 2023,” kata Tutuka saat ditemui di Gedung DPR RI, Jakarta, Selasa (4/4/2023).
Adapun, target baru operasi komersial proyek yang menjadi prioritas pemerintah itu kembali molor dari tenggat triwulan pertama tahun ini. Sebelumnya, target itu sempat beberapa kali mundur akibat pandemi sepanjang 2 tahun lalu.
Fasilitas Train 3 nantinya bakal memproduksi sekitar 60 standar kargo LNG tambahan dari produksi saat ini dari dua train lainnya di level 120 standar kargo LNG. Sementara itu, 75 persen produksi dari Train 3 sudah dikontrak oleh PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) atau PLN.
“Sisanya ada ekspor, kan sudah ada list pembelinya ya. Sebetulnya yang sulitnya itu, begitu Train-3 jatuh, ketika itu kontraknya bagaimana untuk menghindari penalti itu ada jadwalnya,” tuturnya.
Baca Juga
Kendati demikian, dia enggan memerinci, potensi penalti yang ditanggung BP sebagai operator Tangguh setelah penundaan beberapa kali waktu komersial proyek LNG tersebut.
“Setahu saya seminimal mungkin penaltinya, kena atau tidak saya agak kurang pasti, tapi setelah dilakukan banyak sekali penjadwalan ulang yang sehingga sedikit sekali yang kena penalti,” tuturnya.
Proyek LNG Tangguh adalah proyek produksi dan penjualan LNG yang telah direalisasikan dalam bentuk joint venture antara bp sebagai operator, pemerintah Indonesia, kontraktor, dan, khususnya masyarakat lokal Papua Barat.
Proyek ini menghasilkan LNG dari ladang gas Wiriagar, Berau, dan Muturi, di Teluk Bintuni, Papua Barat dengan luas 5.966,9 kilometer persegi. Produksi gas bumi rata-rata Lapangan Tangguh tahun 2021 sebesar 1.312 MMscfd, dan status per 14 Juni 2022 sebesar 1.162 MMscfd.
Produksi LNG dimulai pada Juni 2009, dan kargo LNG pertama dikirim pada Juli 2009. Proyek LNG Tangguh menghasilkan 7,6 juta ton LNG setiap tahunnya melalui Train 1 dan 2.
Seperti dilansir dari Shell’s LNG Outlook 2023, permintaan LNG dari Eropa yang meningkat diperkirakan bakal memperketat kompetisi pasar gas cair dengan sejumlah negara di Asia hingga 2 tahun ke depan.
Seperti diketahui, negara-negara Eropa mengimpor 121 juta ton LNG sepanjang 2022. Torehan itu meningkat 60 persen jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya seiring dengan terhambatnya pasokan gas dari Rusia.
“Perang di Ukraina telah menimbulkan efek yang dalam pada keamanan energi dunia dan membawa perubahan struktural yang serius pada pasar termasuk pasar LNG global untuk jangka panjang,” kata Shell’s Executive Vice President for Energy Marketing Steve Hill seperti dikutip dari keterangan resmi, Senin (20/2/2023).
Malahan, berdasarkan catatan Shell, permintaan LNG yang tinggi dari Eropa sepanjang 2022 mendorong pembeli dari negara lain untuk mengurangi impor mereka lantaran harga yang terlanjur terungkit tahun lalu.
Misalkan, harga yang terlanjur tinggi tahun lalu mengoreksi torehan impor LNG dari China dan sejumlah negara di Asia Selatan, seperti Pakistan, Bangladesh, dan India. Sejumlah negara itu belakangan beralih pada energi fosil di antaranya minyak mentah dan batu bara.
Total perdagangan LNG global sempat mencapai di angka 397 juta ton pada 2022. Shell memproyeksikan permintaan LNG bisa mencapai di angka 650 juta ton sampai 700 juta ton setiap tahunnya hingga 2040 mendatang.