Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Luhut Ingin Bunga Pinjaman Kereta Cepat Cuma 2 Persen, Siap Nego ke China

Menteri Luhut ingin nego bunga pinjaman buat menambal biaya bengkak Kereta Cepat Jakarta Bandung menjadi cuma 2 persen.
Para pekerja proyek Kereta Cepat Jakarta Bandung (KCJB) melakukan pemasangan rel kereta terakhir dalam acara Peresmian Penyelesaian Pemasangan Rel KCJB di Stasiun Halim, Jakarta, Jumat (31/3/2023). / BISNIS - Lorenzo A. Mahardika
Para pekerja proyek Kereta Cepat Jakarta Bandung (KCJB) melakukan pemasangan rel kereta terakhir dalam acara Peresmian Penyelesaian Pemasangan Rel KCJB di Stasiun Halim, Jakarta, Jumat (31/3/2023). / BISNIS - Lorenzo A. Mahardika

Bisnis.com, JAKARTA - Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan akan terbang ke China untuk negosiasi bunga pinjaman untuk proyek Kereta Cepat Jakarta – Bandung menjadi hanya 2 persen.

Dia menjelaskan, setelah menyepakati besaran cost overrun sebesar US$1,2 miliar beberapa waktu lalu, Indonesia tengah menegosiasikan persyaratan untuk pinjaman dari China Development Bank (CDB).

Luhut mengatakan, saat ini Indonesia dan China sedang mendiskusikan besaran bunga (interest) yang akan diberikan pada pinjaman tersebut.

"Pihak China menginginkan bunga 4 persen, sementara kita mau 2 persen. Ini masih terus negosiasi," ujarnya seusai acara Peresmian Penyelesaian Pemasangan Rel KCJB di Stasiun LRT Dukuh Atas, Jakarta, Jumat (31/3/2023).

Untuk mempercepat penyelesaian ini, Luhut mengatakan dirinya juga akan membicarakan masalah ini dalam dialog tingkat tinggi di Beijing, China pada 8 April 2023.

Luhut melanjutlan, pihak Indonesia telah menyiapkan beragam opsi untuk merampungkan pinjaman ini. Indonesia juga tidak akan tunduk pada kemauan siapapun dalam menyelesaikan pembengkakan biaya ini.

Sebelumnya, Wakil Menteri BUMN II, Kartika Wirjoatmodjo mengatakan, Indonesia akan membutuhkan biaya dari pinjaman CDB sekitar US$550 juta atau sekitar Rp8,3 triliun dengan asumsi kurs US$1 = Rp15.100. Pinjaman tersebut akan digunakan untuk membayarkan pembengkakan biaya sebesar US$1,2 miliar.

“Jadi porsi pinjaman dari CDB itu 75 persen. Dari sana dibagi lagi 60 persen dari kita dan 40 persen dari China,” jelasnya.

Tiko melanjutkan, setelah proses negosiasi rampung, Kementerian BUMN, BPKP, dan Komite Kereta Cepat akan menentukan struktur final dan harga pinjaman tersebut.

Nantinya, pinjaman tersebut akan masuk ke PT Kereta Api Indonesia (Persero) atau PT KAI dan diturunkan dalam bentuk ekuitas ke PT Kereta Cepat Indonesia China (KCIC) sebagai operator KCJB.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper