Bisnis.com, JAKARTA - Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) optimistis bisnis perhotelan akan melaju pada minggu ke-3 periode Ramadan atau menjelang Hari Raya Idulfitri 2023.
Wakil Ketua Umum PHRI, Iswandi Said, mengatakan peningkatan okupansi akan beragam, tergantung dengan daerah yang dituju. Namun, rata-rata okupansi akan meningkat hingga 25 persen dari minggu pertama ke minggu ke tiga Ramadan.
"Awal bulan ini rata-rata di bawah 50 persen, biasanya minggu ke-3 bulan Ramadan mulai meningkat ke 75 persen," kata Iswandi kepada Bisnis, Kamis (30/3/2023).
Menurutnya, okupansi hotel tertinggi di periode menjelang Lebaran 2023 akan terjadi di wilayah destinasi wisata yang populer seperti Yogyakarta dan Bali.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) pada Januari 2023, okupansi hotel di wilayah Bali tercatat 46,11 persen. Sementara itu, okupansi hotel di Yogyakarta tertinggi yaitu sebesar 58,21 persen.
Pada awal 2023, hotel bintang 4 memiliki tingkat penghuni tertinggi yakni 52,20 persen, diikuti hotel bintang 2 sebesar 49,62 persen, lalu bintang 3 sebesar 44,07 persen, hotel bintang 5 sebesar 39,85 persen dan hotel bintang 1 sebesar 35,97 persen.
Baca Juga
Diberitakan sebelumnya, emiten perhotelan milik suami Puan Maharani PT Red Planet Indonesia Tbk. (PSKT) menilai sektor perhotelan belum akan mengalami kenaikan pasar akibat persiapan menjelang bulan puasa.
Direktur Utama PSKT, Suwito, mengatakan kinerja sektor perhotelan belum akan meningkat secara signifikan khususnya satu minggu jelang memasuki bulan puasa. Hal ini lantaran pengunjung sedang mempersiapkan ibadah puasa sehingga tidak melakukan perjalanan.
“Baru pada minggu keempat bulan puasa market sudah mulai naik dengan adanya libur mudik lebaran ditambah dengan penerapan kembali cuti bersama,” ujar Suwito.
Dia mengatakan rata-rata okupansi kamar mencapai 62 persen pada Januari 2022. Sementara beberapa hotel di Palembang, Jakarta, Pasar Baru, dan Solo mencatatkan rasio okupansi hingga 70 persen.