Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

ESDM Percepat Operasi Komersial Pembangkit Nuklir Skala Kecil

Kementerian ESDM mempertimbangkan untuk mempercepat operasi komersial Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) skala kecil
Layar menampilkan Direktur Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi Kementerian ESDM Dadan Kusdiana memberikan pemaparan saat sesi diskusi bertema Prospek Sektor Energi Terbarukan 2022 dalam acara Bisnis Indonesia Business Challenge 2022 di Jakarta, Kamis (16/12/2021). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti
Layar menampilkan Direktur Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi Kementerian ESDM Dadan Kusdiana memberikan pemaparan saat sesi diskusi bertema Prospek Sektor Energi Terbarukan 2022 dalam acara Bisnis Indonesia Business Challenge 2022 di Jakarta, Kamis (16/12/2021). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti

Bisnis.com, JAKARTA — Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) tengah mempertimbangkan untuk mempercepat operasi komersial Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) skala kecil dalam peta jalan transisi energi mendatang.

Direktur Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) Dadan Kusdiana mengatakan, pertimbangan itu diambil untuk mempercepat bauran energi bersih dalam sistem kelistrikan nasional. Kendati demikian, kata Dadan, pemerintah masih berpikir untuk tetap mematok tenggat operasi PLTN skala besar dengan kapasitas minimal 1 gigawatt (GW) pada 2039. 

“Dari hasil simulasi, memang tahun 2039 untuk PLTN skala besar. Kami sedang mempertimbangkan untuk percepatan implementasi PLTN untuk pembangkit yang kapasitasnya lebih kecil [SMR]," ujar Dadan, Selasa (28/3/2023). 

Berdasarkan peta jalan transisi energi Kementerian ESDM, adopsi PLTN masuk ke dalam jaringan kelistrikan nasional baru dimulai pada 2039 mendatang. Saat itu, secara bertahap kapasitas terpasang diharapkan sudah mencapai 1 GW hingga 2 GW. 

Di sisi lain, dia mengatakan, minat investasi dari sejumlah negara belakangan sudah makin kelihatan untuk berinvestasi di sektor PLTN Indonesia. Hanya saja, kata dia, belum ada investor langsung yang menunjukkan komitmennya saat ini. 

“Investor secara langsung belum ada, tapi beberapa negara, seperti Korea Selatan, Amerika Serikat, Rusia sudah menyampaikan minatnya untuk bekerja sama pengembangan PLTN,” kata dia. 

Sebelumnya, PT ThorCon Power Indonesia (PT TPI) resmi mengajukan sejumlah dokumen rencana pengembangan dan investasi Thorium Molten Salt Reactor (TMSR) dengan daya 500 megawatt (MW) kepada Badan Pengawas Tenaga Nuklir (Bapeten), Selasa (28/3/2023). Pengajuan dokumen itu menjadi bagian dari konsultasi awal sebelum perizinan resmi dibuat PT TPI. 

Sejumlah dokumen konsultasi awal itu berkaitan dengan rencana induk yang disesuaikan dengan tahapan proses perizinan, peta jalan purwarupa TMSR500 dan fasilitas non-fission test platform (NTP), serta persetujuan desain TMSR500. 

Selepas menerima sejumlah dokumen konsultasi awal itu, Bapeten bakal mengevaluasi kelayakan investasi serta pembangunan TMSR500 selama 2 tahun mendatang untuk dilanjutkan ke dalam perizinan resmi. 

“Investasinya memang Rp17 triliun, tapi kita tidak membangun pembangkit ini di Indonesia kita membangunnya di Korea Selatan, yang dibangun di sini pelabuhan dan fasilitas uji NTP tersebut,” kata Chief Operating Officer PT ThorCon Power Indonesia Bob Effendi di Jakarta, Selasa (28/3/2023). 

Dengan demikian, menurut Bob, sebagian investasi bakal terealisasi di luar negeri untuk pembangunan pembangkit thorium awal dari PT TPI. 

Adapun, pembangunan TMSR500 itu bakal dilakukan di galangan kapal, Korea Selatan. Lokasi itu dipilih untuk mempercepat proses pengerjaan yang ditarget hanya mencapai 1 tahun konstruksi. 

Hanya saja, Bob menegaskan, pihaknya bakal berinvestasi lebih intensif untuk pembangunan pabrik pembangkit thorium di Bangka Belitung selepas perizinan proyek awal ini berhasil.

“Untuk 4 unit hingga 5 unit ke depan itu dibuatnya di Korea Selatan, ke depannya setelah beberapa beroperasi di sini mungkin kita akan bangun pabrik di Indonesia,” kata dia. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper