Bisnis.com, JAKARTA – Ekonom Bank Mandiri Faisal Rachman memperkirakan laju inflasi tahunan akan kembali ke kisaran target Bank Indonesia 2–4 persen pada semester kedua 2023.
Menurutnya, dampak putaran kedua dari penyesuaian harga BBM bersubsidi tahun lalu terhadap harga barang dan jasa lainnya telah berkurang lebih cepat dari perkiraan sebelumnya.
Namun demikian, tekanan inflasi pada periode Maret hingga April diperkirakan meningkat sejalan dengan adanya momentum Ramadan dan Idulfitri.
“Kami memperkirakan inflasi tahunan akan terus menurun ke depan, kecuali periode Maret–April 2023 karena faktor musiman Ramadan dan perayaan Idulfitri,” katanya, Rabu (1/3/2023).
Faisal mengatakan laju inflasi tahunan akan tetap berada di atas kisaran target BI sebesar 2–4 persen setidaknya hingga paruh pertama tahun 2023, yaitu berkisar antara 4–6 persen.
Selanjutnya, laju inflasi akan menurun menuju kisaran target pada semester kedua di tengah dampak putaran kedua kenaikan harga BBM yang akan terlihat benar-benar berkurang pada September 2023.
Baca Juga
Selain itu, harga energi dan pangan global kata Faisal juga berada dalam tren menurun, sehingga turut mendukung tren penurunan inflasi tersebut.
“Secara keseluruhan, kami memperkirakan inflasi akan berada di sekitar 3,60 persen pada akhir tahun 2023, memberikan ruang bagi BI untuk menahan kebutuhan kenaikan suku bunga acuan lebih lanjut,” kata Faisal.
Pada Februari 2023, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat inflasi Indeks Harga Konsumen (IHK) pada Februari 2023 mencapai 0,16 persen secara bulanan (month-to-month/mtm).
Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS Pudji Ismartini menyampaikan bahwa laju inflasi tersebut melandai jika dibandingkan dengan periode Januari 2023 yang mencapai 0,34 persen mtm.
“Secara bulanan inflasi [pada Februari 2023] lebih rendah dibandingkan bulan sebelumnya sebesar 0,34 persen,” katanya dalam konferensi pers, Rabu (1/3/2023).
Namun demikian, imbuhnya, tingkat inflasi pada Februari 2023 tersebut lebih tinggi jika dibandingkan dengan dengan periode Februari 2022 yang tercatat mengalami deflasi sebesar 0,02 persen mtm.
Berdasarkan kelompok pengeluaran, tercatat penyumbang inflasi terbesar dari kelompok makanan, minuman, dan tembakau, yang mengalami inflasi sebesar 0,48 persen mtm dan memberikan andil terhadap inflasi sebesar 0,13 persen.
Sementara itu, kelompok pengeluaran yang mencatatkan deflasi terbesar berasal dari kelompok transportasi, yaitu mencapai -0,22 persen mtm dan memberikan andil terhadap deflasi sebesar -0,03 persen.
Pudji menjelaskan, komoditas penyumbang utama inflasi bulanan pada Februari 2023 diantaranya komoditas beras, rokok kretek filter, bawang merah, cabai merah, dan rokok putih.
Kelima komoditas ini tercatat memberikan andil kepada inflasi masing-masing sebesar 0,08 persen, 0,04 persen, 0,03 persen, 0,02 persen dan 0,01 persen mtm. Secara tahun berjalan, inflasi Februari 2023 mencapai 0,50 persen, sedangkan secara tahunan mencapai 5,47 persen.