Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Banyak Negara Mulai Lirik LNG Indonesia, ESDM: Pasokan Sedang Ketat

Shell’s LNG Outlook 2023: permintaan LNG dari Eropa yang meningkat diperkirakan bakal memperketat kompetisi pasar gas cair dengan sejumlah negara di Asia.
Liquefied Natural Gas (LNG)./Istimewa
Liquefied Natural Gas (LNG)./Istimewa

Bisnis.com, JAKARTA — Sejumlah negara belakangan mendekati Indonesia untuk mendapatkan pasokan gas alam cair atau liquefied natural gas (LNG) alternatif di tengah pasar komoditas energi itu yang ketat akibat permintaan yang tumbuh signifikan di Eropa.

Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi Tutuka Ariadji mengatakan, kementeriannya belum menyanggupi untuk pengiriman LNG pada pembeli di luar kontrak terjadwal saat ini. Tutuka menerangkan, pasokan LNG untuk domestik dan pembeli terkontrak relatif ketat saat ini. 

“Belum firm untuk permintaan baru, tapi baru bicara-bicara, tanya-tanya LNG Indonesia bagaimana, ya kita jawabanya masih ketat saat ini,” kata Tutuka saat ditemui di Kementerian ESDM, Jakarta, Senin (20/2/2023). 

Tutuka mengatakan, pasokan LNG dari Indonesia relatif siap untuk memenuhi permintaan baru dari pembeli potensial pada 2026 mendatang. 

Selain pertumbuhan permintaan dari industri domestik, dia mengatakan, pemerintah masih menunggu operasi komersial dari proyek pembangunan Train 3 LNG Tangguh di Teluk Bintuni, Provinsi Papua Barat.

Proyek berkapasitas 3,8 million tons per annum (mtpa) itu kembali molor dari target operasi yang sempat dipatok pada triwulan pertama tahun ini. Belakangan proyek dengan nilai investasi mencapai US$11 miliar atau setara dengan Rp159 triliun itu diharapkan dapat beroperasi komersial pada triwulan keempat 2023. 

“Kita masih menunggu dulu perbaikan dari Tangguh, komersialisasi di kuartal IV akhir tahun ini. Kalau itu sudah ok, lumayan lah kita, tapi kita agak ketat ekspor LNG itu sampai 2026,” kata dia. 

Selepas operasi komersial Tangguh sepenuhnya, Kementerian ESDM memperkirakan lapangan itu dapat memproduksi 180 kargo LNG setiap tahunnya. Sementara itu, 75 persen produksi dari Train 3 sudah dikontrak oleh PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) atau PLN. 

“Secara teknis mau diupayakan dulu akhir tahun nanti komersialisasi,” tuturnya. 

Proyek LNG Tangguh adalah proyek produksi dan penjualan LNG yang telah direalisasikan dalam bentuk joint venture antara British Petroleum sebagai operator, pemerintah Indonesia, kontraktor, dan, khususnya masyarakat lokal Papua Barat. 

Proyek ini menghasilkan LNG dari ladang gas Wiriagar, Berau, dan Muturi, di Teluk Bintuni, Papua Barat dengan luas 5.966,9 kilometer persegi. Produksi gas bumi rata-rata Lapangan Tangguh tahun 2021 sebesar 1.312 MMscfd, dan status per 14 Juni 2022 sebesar 1.162 MMscfd. 

Produksi LNG dimulai pada Juni 2009, dan kargo LNG pertama dikirim pada Juli 2009. Proyek LNG Tangguh menghasilkan 7,6 juta ton LNG setiap tahunnya melalui Train 1 dan 2.

Seperti dilansir dari Shell’s LNG Outlook 2023, permintaan LNG dari Eropa yang meningkat diperkirakan bakal memperketat kompetisi pasar gas cair dengan sejumlah negara di Asia hingga 2 tahun ke depan. 

Seperti diketahui, negara-negara Eropa mengimpor 121 juta ton LNG sepanjang 2022. Torehan itu meningkat 60 persen jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya seiring dengan terhambatnya pasokan gas dari Rusia. 

“Perang di Ukraina telah menimbulkan efek yang dalam pada keamanan energi dunia dan membawa perubahan struktural yang serius pada pasar termasuk pasar LNG global untuk jangka panjang,” kata Shell’s Executive Vice President for Energy Marketing Steve Hill seperti dikutip dari keterangan resmi, Senin (20/2/2023). 

Malahan, berdasarkan catatan Shell, permintaan LNG yang tinggi dari Eropa sepanjang 2022 mendorong pembeli dari negara lain untuk mengurangi impor mereka lantaran harga yang terlanjur terungkit tahun lalu. 

Misalkan, harga yang terlanjur tinggi tahun lalu mengoreksi torehan impor LNG dari China dan sejumlah negara di Asia Selatan, seperti Pakistan, Bangladesh, dan India. Sejumlah negara itu belakangan beralih pada energi fosil di antaranya minyak mentah dan batu bara. 

Total perdagangan LNG global sempat mencapai di angka 397 juta ton pada 2022. Shell memproyeksikan permintaan LNG bisa mencapai di angka 650 juta ton sampai 700 juta ton setiap tahunnya hingga 2040 mendatang. 

“Hal ini memerlukan pendekatan yang lebih strategis untuk mengamankan pasokan yang andal lewat kontrak jangka panjang,” kata Steve.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper