Bisnis.com, JAKARTA – PT Kona Bay Indonesia (KBI), joint venture antara PT Suri Tani Pemuka dan Hendrix Genetics melakukan ekspor perdananya pada tahun 2023 dengan mengirimkan induk udang vaname ke Malaysia.
General Manager PT Kona Bay Indonesia Ari Setiardhi mengatakan nilai ekspor tersebut mencapai US$25.600 atau berkisar Rp388,8 juta. Adapun, nilainya meningkat 35 persen dari tahun 2022 sebesar US$19.456 atau Rp295,4 juta.
“Udang vaname masih menjadi komoditas ekspor unggulan dengan pendapatan tertinggi pada subsektor perikanan,” kata Ari dalam keterangan resminya, dikutip Sabtu (11/2/2023).
Sebagai perusahaan yang fokus di bidang budidaya induk udang vaname, KBI memiliki komitmen untuk terus meningkatkan produktivitas dan menjangkau pangsa pasar yang lebih luas. Unuk itu, ekspor ini dilakukan sebagai upaya perluasan pangsa pasar, sekaligus pemenuhan kebutuhan akan induk udang.
“Ekspor perdana tahun ini merupakan ekspor kami yang ketiga kalinya sejak didirikan di tahun 2021 lalu. Hingga saat ini, total ekspor kami telah mencapai lebih dari US$62.384,” jelasnya.
Di samping itu, pihaknya menargetkan produksi indukan mencapai 80.000 ekor per tahun dalam 2 tahun mendatang.
Baca Juga
“Kami berkomitmen untuk selalu menjaga setiap kegiatan budidaya udang vaname yang kami miliki. Benur yang kami produksi di Indonesia memiliki kualitas yang sama dengan produk indukan di kantor pusat KBI yang terletak di Hawaii,” terangnya.
Lebih lanjut, Ari menjelaskan, KBI hanya memasok induk berkualitas tinggi yang bebas dari penyakit/Specific Pathogen Free (SPF).
Salah satu upayanya yakni dengan pengembangan induk udang vaname melalui fasilitas Broodstock Multiplication Center (BMC), di mana produk awal Parent Post Larva (PPL) berasal dari pusat Breeding/Nucleus Breeding Center (NBC) Kona Bay Marine Resources dan kemudian akan menghasilkan induk udang (Litopenaeus vaname) yang berkualitas dan dapat dilacak balik jalur genetiknya.
Tak hanya itu, pihaknya juga menerapkan sistem biosecurity yang ketat, memiliki laboratorium yang berguna memantau perkembangan kesehatan udang dan kualitas air yang digunakan.
KBI pun menerapkan proses budidaya berkelanjutan salah satunya melalui fasilitas Unit Pengelolaan Limbah (UPL), sehingga limbah yang dihasilkan tidak berdampak negatif terhadap lingkungan sekitar.
“Dengan demikian, kami berharap dapat mendukung peningkatan produksi budidaya perikanan dalam negeri dan berkontribusi pada peningkatan ekspor di pasar Internasional,” tandasnya.
Merujuk data dari Organisasi Pangan dan Pertanian Dunia (FAO) tahun 2020, Indonesia merupakan produsen produk akuakultur terbesar di dunia setelah Republik Rakyat Tiongkok.
Indonesia memiliki potensi yang cukup besar untuk sektor budidaya perikanan, terutama udang yang masih mendominasi komoditas ekspor saat ini.
Melihat peluang tersebut, pihaknya berupaya memberikan kontribusi secara optimal dengan senantiasa meningkatkan kualitas setiap proses budidaya yang dimiliki.