Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Gara-gara Imlek, Inflasi China pada Januari 2022 Naik 2,1 Persen

Angka inflasi di China pada Januari 2022 naik 2,1 persen terdongkrak perayaan Hari Raya Imlek.
Orang-orang berjalan dengan barang bawaan mereka di stasiun kereta api selama perjalanan tahunan Festival Musim Semi menjelang Tahun Baru Imlek, saat wabah penyakit Virus Corona (Covid-19) berlanjut, di Shanghai, China 16 Januari 2023. REUTERS/Aly Song/ File Foto
Orang-orang berjalan dengan barang bawaan mereka di stasiun kereta api selama perjalanan tahunan Festival Musim Semi menjelang Tahun Baru Imlek, saat wabah penyakit Virus Corona (Covid-19) berlanjut, di Shanghai, China 16 Januari 2023. REUTERS/Aly Song/ File Foto

Bisnis.com, JAKARTA - Angka inflasi di China pada Januari 2023 naik 2,1 persen secara tahunan (year-on-year/yoy) akibat liburan Hari Raya Imlek dan pembukaan negara dari kebijakan Covid Zero.

Dilansir dari Bloomberg pada Jumat (10/2/2023), Biro Statistik Nasional China mencatat inflasi atau indeks harga konsumen naik 2,1 persen dibandingkan Januari 2022. Capaian inflasi China per Januari 2023 sesuai dengan estimasi median dalam survei Bloomberg.

Inflasi China mengikuti kenaikan 1,8 persen pada Desember 2022 (yoy). Inflasi inti, yang tidak termasuk harga pangan dan energi yang bergejolak, naik menjadi 1 persen, tertinggi sejak Juni 2022.

Sementara itu, indeks harga produsen turun 0,8 persen setelah anjlok 0,7 persen pada bulan sebelumnya. Adapun, ekonom yang disurvei oleh Bloomberg memperkirakan penurunan 0,5 persen.

"Data yang merujuk ke prospek inflasi yang umumnya stabil,” kata Zhou Hao, kepala ekonom untuk Guotai Junan International Holdings.

Dia mengatakan inflasi China telah terjangkar dengan baik. Dia juga mengharapkan kebijakan moneter untuk tetap mendukung dan terus memberikan amunisi untuk pemulihan ekonomi di Negeri Tirai Bambu.

Bank sentral China telah menyuntikkan sekitar US$150 miliar dana ke pasar keuangan selama tiga hari terakhir untuk meredakan tekanan likuiditas. Hal tersebut menjadi sebuah tanda bahwa kebijakannya relatif longgar.

Perekonomian China secara luas membaik pada bulan Januari setelah Presiden Xi Jinping resmi menghapus pembatasan Covid Zero pada akhir tahun lalu.

Harga konsumen khususnya diperkirakan akan meningkat mengingat rebound permintaan di sekitar Tahun Baru Imlek karena orang bepergian dan menghabiskan uang. Hal itu senada dengan data pengeluaran liburan menunjukkan lonjakan katering, pariwisata, dan bisnis tatap muka lainnya.

"Lonjakan inflasi China disebabkan oleh efek liburan seiring dengan perubahan kebijakan pencegahan dan pengendalian virus," kata Dong Lijuan, kepala statistik di NBS dalam sebuah pernyataan resmi.

Pertumbuhan harga pangan melebar menjadi 6,2 persen, mendorong angka inflasi secara keseluruhan lebih tinggi lebih dari satu poin persentase.

Sementara itu, harga layanan tumbuh 1 persen, sedikit lebih cepat dari kenaikan 0,6 persen pada Desember 2022.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper