Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Anak Usaha Pupuk Indonesia Bangun Pabrik Senilai Rp1,7 Triliun

Anak usaha Pupuk Indonesia membangun pabrik senilai Rp1,7 triliun dengan kapasitas 500.000 ton per tahun.
Gudang Pupuk. /Pupuk Indonesia
Gudang Pupuk. /Pupuk Indonesia

Bisnis.com, JAKARTA - PT Pupuk Iskandar Muda (PIM), anak usaha PT Pupuk Indonesia (Persero), membangun pabrik dengan kapasitas 500.000 ton per tahun dengan investasi sebesar Rp1,7 triliun.

Menteri BUMN Erick Thohir mengatakan pembangunan pabrik ini dikhususkan untuk produksi pupuk NPK dan merupakan salah satu upaya untuk memperbaiki dan memaksimalkan produksi pupuk Indonesia.

“Dengan investasi Rp1,7 triliun yaitu pabrik pupuk NPK dan mudah-mudahan ini bisa kita jaga,” kata Erick dalam siaran pers, Jumat (10/2/2023).

Erick menjelaskan, kapasitas produksi di pabrik pupuk milik Pupuk Indonesia yang sebelumnya sebesar 1.140 juta ton per tahun setelah aktivasi kembali operasional pabrik PIM 1 dan PIM 2, kini bertambah 500.000 juta ton pupuk NPK per tahun dengan diresmikannya pabrik baru ini.

Erik menjanjikan, pabrik NPK PIM baru ini akan mulai beroperasi secara maksimal pada pertengahan tahun ini. 

“Mudah-mudahan dijanjikan maksimal di bulan Juni ini bisa langsung bisa beroperasi,” tambahnya.

Pabrik pupuk NPK ini akan memenuhi kebutuhan pupuk di area Sumatra bagian utara, meliputi Aceh, Sumatra Utara, Sumatra Barat dan Riau.

Berdasarkan catatan Bisnis.com, Pupuk Indonesia membangun pupuk yang dikhususkan bagi produksi NPK ini untuk menyeimbangkan jumlah produksi urea dan NPK yang mengalami selisih cukup besar.

Selisih ini terlihat dari jumlah pupuk urea yang direncanakan akan diproduksi pada tahun 2023 ini adalah sebesar 7,78 juta ton, sementara NPK hanya sebanyak 3,58 ton.

Vice Presiden Penjualan Wilayah 3A Pupuk Indonesia Aviv Ahmad Fadhil menyebut, hal tersebut dipicu akibat terkendalanya fasilitas produksi pupuk NPK. Meskipun penambahan fasilitas produksi ini tidak membuat kapasitas produksi NPK bisa menandingi kapasitas produksi urea.

“Tujuan akhirnya bukan untuk mengejar [jumlah produksi] urea memang, tapi dibangun [untuk] menyeimbangkan [jumlah produksi NPK dan urea],” kata Aviv.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Widya Islamiati
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper