Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Sawit Indonesia Dilarang Eropa, Pengusaha Tak Khawatir

Pengusaha menilai produk sawit Indonesia masih banyak memiliki peluang pasar yang menjanjikan di luar Eropa.
Pekerja menata kelapa sawit saat panen di kawasan Kemang, Kabupaten Bogor, Minggu (30/8/2020). Bisnis/Arief Hermawan P
Pekerja menata kelapa sawit saat panen di kawasan Kemang, Kabupaten Bogor, Minggu (30/8/2020). Bisnis/Arief Hermawan P

Bisnis.com, JAKARTA - Pelaku usaha sawit mengaku tidak khawatir dengan aturan Uni Eropa lewat Undang-undang Produk Bebas Deforestasi yang bakal melarang sawit Indonesia masuk ke Benua Biru itu. Pengusaha menilai produk sawit Indonesia masih banyak memiliki peluang pasar yang menjanjikan di luar Eropa.

Ketua Umum Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) Joko Supriyono mengatakan, pihaknya optimistis bahwa pasar sawit akan terus tumbuh. Sebab, saat ini sangat banyak industri membutuhkan minyak sawit.

“Untuk energi terbarukan butuh sawit, untuk makanan juga butuh minyak sawit. Cokelat saja, kalau bukan dari minyak sawit teksturnya akan crack. Itulah contohnya,” ujar Joko dalam jumpa pers di Jakarta, Rabu (25/1/2023).

Joko mengatakan, sejatinya Eropa pun tidak ingin melarang sawit. Pasalnya, kata dia, banyak sektor industri yang membutuhkan minyak sawit. Belum lagi, banyak investor Malaysia yang menanamkan modalnya di Eropa.

“Eropa sebenarnya enggak ingin melarang, buktinya pelarangan ekspor pun kebingungan karena akhirnya mereka ngejar-ngejar presiden juga,” ucap Joko.

Meski UU Deforestasi tersebut akan berdampak terhadap sawit, Joko meyakini pasar sawit dunia tetap akan tumbuh. Hal tersebut dibuktikan, dengan kasus Amerika Serikat yang saat ini meningkatkan impor sawit dari Indonesia.

“Amerika sudah 2 juta lebih saat ini impornya, dulu hanya 400.000-an,” ujar Joko.

Senada, Direktur Gabungan Industri Minyak Nabati Indonesia (Gimni) Sahat Sinaga mengatakan, Indonesia tidak akan kehilangan pasar untuk sawit. Apalagi, Sahat berujar, dengan kondisi Tiongkok dan Pakistan yang saat ini mulai menaikkan kuota impornya.

Di samping itu, Sahat menuturkan bahwa potensi pasar di negara-negara Asia Tengah pun sangat besar.

“Makanya Kemendag [Kementerian Perdagangan] buatlah Indonesia Incorporated di sana. Negara-negara Kazakhstan dan lain-lain itu marketnya besar,” tutur Sahat.

Mengutip data Badan Pusat Statistik, ekspor sawit Indonesia pada 2022 sebesar 30,8 juta ton, lebih rendah dari 2021 sebesar 33,67 juta ton. Ini merupakan tahun ke-4 ekspor sawit turun secara berturut-turut. 

Nilai ekspor CPO, olahan, dan turunannya pada 2022 mencapai US$39,28 miliar, lebih tinggi dibandingkan 2021 sebesar US$35,5 miliar. Ini terjadi karena memang harga produk sawit pada 2022 relatif lebih tinggi dari harga 2021.

Adapun, 10 negara tujuan ekspor minyak sawit Indonesia berturut-turut adalah China, India, Amerika Serikat, Pakistan, Malaysia, Belanda, Bangladesh, Mesir, Rusia, dan Italia. Peringkat Amerika Serikat naik dari peringkat 5 pada 2020 menjadi peringkat 3 sebagai negara pengimpor utama produk sawit Indonesia pada 2022.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper