Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Saham Wayfair Melonjak 20 Persen Usai PHK 1.750 Karyawan

Harga saham perusahaan ritel furnitur AS Wayfair melonjak hingga 20 persen usai melakukan PHK pada 1.750 karyawan.
Perusahaan ritel furniture Amerika Serikat Wayfair/Istimewa.
Perusahaan ritel furniture Amerika Serikat Wayfair/Istimewa.

Bisnis.com, JAKARTA - Harga saham Wayfair, peritel furnitur online asal Amerika Serikat kini melonjak sebanyak 20 persen pada Jumat (20/1/2023) setelah pengecer yang berbasis di Boston itu mengumumkan PHK. Langkah pemangkasan karyawan bertujuan mendukung upaya restrukturisasi dan pemotongan biaya di seluruh perusahaan.

Adapun, total karyawan Wayfair yang terkena PHK sebanyak 1.750 karyawan, atau 10 persen dari tenaga kerja globalnya.
Pengumuman tersebut menandai PHK putaran kedua Wayfair dalam waktu kurang dari enam bulan sejak perusahaan melepaskan sekitar 5 persen tenaga kerjanya pada bulan Agustus 2022.

Tindakan PHK ini dilakukan perusahaan untuk menghemat anggaran hingga US$750 juta atau setara dengan Rp11,2 triliun per tahun.

Melansir dari CNBC, Sabtu (21/1/2023) Chief Executive Officer Niraj Shah mengatakan perusahaan akan mengeluarkan biaya antara US$68 juta atau setara Rp1,02 trilun dan US$78 juta atau setara Rp1,1 triliun untuk pesangon dan tunjangan karyawan, terutama dalam kuartal pertama tahun 2023.

Kondisi perusahaan yang harus melakukan PHK besar-besaran ini bisa dibilang sangat berbanding terbalik, di mana sebelumnya raksasa retail seperti Wayfair mendapat keuntungan yang besar di era pandemi, karena para konsumen mengalihkan prioritas pengeluaran mereka untuk membelanjakan lebih banyak untuk dekorasi rumah dan perabot kantor.

Wayfair tercatat melaporkan penurunan pendapatan sebesar 9 persen secara tahunan (year-on-year/yoy) dan kerugian US$286 juta atau setara dengan Rp4,3 trilun pada kuartal ketiga tahun 2022.

Penurunan tajam dalam beberapa kuartal terakhir terjadi setelah raksasa ritel yang berbasis di Massachusetts itu mengalami lonjakan pendapatan sebesar 55 persen pada tahun 2020 menjadi US$14,1 miliar atau setara dengan Rp212,1 triliun.

“Sayangnya, di sepanjang jalan, kami mengalami hal-hal yang rumit. Secara operasional, kami dapat melihat dan merasakan bahwa kami tidak gesit seperti dulu atau seharusnya,” kata Shah melalui email.

Dia menulis bahwa biaya operasional perusahaan relatif terhadap pendapatannya tumbuh menjadi 17 persen pada tahun lalu setelah duduk di sekitar 10 persen hingga 11 persen untuk sebagian besar sejarah 20 tahun perusahaan.

Selain PHK, dia pun menambahkan bahwa peritel furnitur ini telah memangkas biaya iklan, polis asuransi, layanan kebersihan, dan lisensi software perusahaan.

Berdasarkan keterangan resminya, kini perusahaan tengah mengembalikan ke profitabilitas EBITDA yang disesuaikan pada awal tahun 2023 sebagai hasil dari upaya pemotongan sejumlah biaya.

“Perubahan hari ini sebagian besar tentang pengurangan lapisan manajemen, penyesuaian ukuran di tempat-tempat tertentu, dan reorganisasi agar lebih efisien,” jelas Shah.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Arlina Laras
Editor : Farid Firdaus
Sumber : CNBC
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper