Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Transaksi E-Commerce B2B Diramal Tumbuh 25 Persen Tahun Ini

Nilai transaksi e-commerce B2B pada 2022 mencapai US$17,07 miliar dan diperkirakan akan meningkat menjadi US$21,3 miliar pada 2023. 
Ilustrasi konsumen yang berbelanja secara daring melalui e-commerce di ponsel mereka/Freepik
Ilustrasi konsumen yang berbelanja secara daring melalui e-commerce di ponsel mereka/Freepik

Bisnis.com, JAKARTA - Center of Economic and Law Studies (Celios) memproyeksikan pertumbuhan nilai transaksi e-commerce business-to-business (B2B) pada 2023 akan tumbuh hingga 25 persen dibandingkan realisasi pada 2022.

Celios mencatat nilai transaksi e-commerce B2B pada 2022 mencapai US$17,07 miliar dan diperkirakan akan meningkat menjadi US$21,3 miliar pada 2023. 

Direktur Eksekutif Celios Bhima Yudhistira mengatakan, optimisme tersebut dikarenakan platform e-commerce B2B menyediakan solusi bisnis bagi penjual produk kebutuhan sehari-hari atau fast moving consumer goods (FMCG) seperti toko kelontong atau usaha kecil menengah (UKM).

“Pendorongnya adalah makanan minuman, bahan pokok, dan produk kosmetik yang memang terjangkau oleh semua kalangan masyarakat. Yang terkait kebutuhan dasar akan tumbuh positif. Kedua, kenapa B2B tumbuh lebih banyak karena jaringan UKM yang tergabung dalam ekosistem semakin luas,” ujar Bhima dalam paparan studi yang bertajuk 'Studi B2B FMCG Marketplace Indonesia Outlook 2023' di Jakarta Selatan, Kamis (19/1/2023).

Dia mengatakan, transaksi B2B tersebut sejak 2018 trennya cukup baik karena terus tumbuh mendekati 25 persen.

“Dari 2018 sampai dengan pandemi pertumbuhannya tetap konsisten di 25 persen. Jadi ini orang sudah mulai belanja lagi keluar rumah ke UKM, ke warung tentu ini menjadi pendorong kenaikan transaksi,” ujar Bhima.

Apalagi, imbuhnya, berakhirnya pandemi Covid-19 membuat sektor UKM atau informal bakal lebih berkembang sehingga keberadaan toko kelontong pun bakal lebih banyak.

“Karena mungkin tadinya dia pekerja sektor formal, tapi istrinya jaga warung. Lalu, pulang kerja dia jaga warung. Itu adalah fenomena yang sering kita lihat pascapandemi,” kata Bhima.

Selain itu, Bhima menuturkan peluang eskalasi volume B2B FMCG di Indonesia pada 2023 dinilai masih besar karena juga pertumbuhan pengguna internet, serta dukungan pemerintah dalam meningkatkan inklusi keuangan masyarakat.

Pemerintah sendiri menargetkan 30 juta UKM terintegrasi ke dalam ekosistem digital hingga 2024. Menurut data KemenkopUKM, sampai saat ini, sudah terdapat 20,76 juta UMKM yang onboarding digital.

“Saya pikir pada 2024 target tersebut akan tercapai,” kata Bhima.

Adapun, sejumlah platform e-commerce B2B kini telah banyak bermunculan dan yang berfokus pada FMCG, yaitu GudangAda, GoToko, GrabKios, Warung Pintar, dan lain sebagainya.

Dalam kesempatan yang sama, SVP Marketing & Corporate Affairs GudangAda Yuanita Agata mengungkapkan, hasil studi Celios ini diharapkan dapat menjadi acuan pelaku bisnis rantai pasok Indonesia dalam mengkaji lanskap bisnis B2B, serta mengatur strategi bisnis terbaik untuk menghadapi tantangan ekonomi dari sudut pandang inovasi digital di industri B2B FMCG.

“Berbekal pengalaman panjang manajemen GudangAda di industri B2B Indonesia dan hubungan strategis dengan segenap pelaku bisnis rantai pasok B2B yang telah terjalin lama, kami meyakini dapat memberikan insights bisnis yang tepat bagi tumbuh kembangnya bisnis B2B, khususnya di tahun 2023 ini,” ucap Yuanita.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper