Bisnis.com, JAKARTA — World Economic Forum (WEF) menilai bahwa Indonesia menghadapi 5 risiko tertinggi terhadap ekonomi yang mencakup berbagai aspek, mulai dari krisis utang hingga tekanan inflasi.
Hal tersebut tercantum dalam laporan The Global Risk Report 2023 yang dipublikasikan World Economic Forum pada Januari 2023. Dalam laporan itu, WEF memetakan berbagai risiko yang menjadi ancaman dunia dalam beberapa waktu ke depan.
Terdapat lima kategori risiko yang dibahas dalam laporan itu, yakni ekonomi, lingkungan, geopolitik, sosial, dan teknologi. Dari berbagai kategori itu, Indonesia menghadapi sebagian besar risiko tersebut.
WEF menilai seluruh bentuk risiko di setiap negara, tetapi mencantumkan lima risiko terbesar. Berikut daftar risiko terbesar bagi Indonesia berdasarkan laporan tersebut.
5 Risiko yang Dihadapi Ekonomi Indonesia Versi World Economic Forum
1. Krisis Utang
WEF menilai bahwa krisis utang menjadi risiko paling tinggi bagi Indonesia. Risiko itu dapat muncul dari besaran utang dan karakteristiknya, termasuk bagaimana kebijakan pemerintah dalam mengelola utang.
Secara global, krisis utang menempati urutan ke-11 dalam risiko jangka pendek dan urutan ke-14 dalam risiko jangka panjang. Namun, keduanya merupakan risiko tertinggi dalam kategori ekonomi.
Dalam pemetaan WEF, risiko krisis utang berkaitan dengan kegagalan upaya stabilisasi trajektori harga dan meletusnya gelembung (bubble burst) suatu aset. Krisis utang pun berkaitan dengan risiko keterpurukan ekonomi yang berkepanjangan.
2. Konflik antarwilayah
Berdasarkan survey opini oleh WEF, Indonesia merupakan salah satu negara dengan persepsi risiko konflik antarwilayah yang tinggi, baik di kawasan Asia Tenggara maupun mencakup Asia Selatan dan Asia Timur. Konflik itu di antaranya dilandasi kepentingan geoekonomi.
Secara global, konflik antarwilayah menempati urutan ke-14 dalam risiko jangka pendek dan urutan ke-13 dalam risiko jangka panjang. Risikonya dinilai lebih rendah dari risiko konfrontasi geoekonomi.
Dalam pemetaan WEF, risiko konflik antarwilayah berkaitan dengan tidak efektifnya institusi multilatreal dan penggunaan senjata untuk pemusnahan massal. Hal itu pun turut berkaitan dengan risiko serangan teroris, hingga kekacauan di sebuah wilayah.
3. Inflasi yang meningkat cepat dan/atau berkelanjutan
Lonjakan inflasi terjadi sebagai imbas dari tekanan ekonomi global maupun kondisi dalam negeri. Namun, kenaikan berbagai harga berisiko terjadi dalam kurun waktu yang cukup lama sehingga menjadi risiko.
Secara global, kenaikan inflasi menempati peringkat ketiga sebagai risiko yang akan berdampak pada 2023. Namun, risiko itu tidak lagi muncul dalam jangka pendek atau dua tahun dan risiko jangka panjang atau 10 tahun ke depan.
4. Ketimpangan digital
Belum meratanya infrastruktur menjadi salah satu faktor yang menyebabkan ketimpangan digital. Hal itu pun turut berkaitan dengan tidak amannya ruang digital karena berbagai faktor, sehingga menjadi risiko yang serius.
Secara global, konflik antarwilayah menempati urutan ke-31 dalam risiko jangka pendek dan urutan ke-30 dalam risiko jangka panjang. Hal itu dinilai sejajar dengan risiko kurangnya akses terhadap layanan digital.
Dalam pemetaan WEF, risiko ketimpangan berkaitan dengan kekuatan digital yang terkonsentrasi dan kerugian dari batas teknologi. Hal-hal itu dapat memengaruhi kejahatan siber dan tidak amannya ruang siber yang semakin meluas.
5. Kontestasi geopolitik atas sumber daya
Konflik geopolitik memiliki motif ekonomi yang kuat, salah satunya mencakup penguasaan atas sumber daya. Risiko itu menjadi cukup tinggi di Indonesia yang kaya akan sumber daya.
Secara global, kontestasi geopolitik atas sumber daya tidak muncul dalam 32 risiko teratas. Namun, konfrontasi geoekonomi tercatat di urutan ketiga dalam risiko jangka pendek dan urutan kesembilan dalam risiko jangka panjang.
Dalam pemetaan WEF, risiko konfrontasi geoekonomi berkaitan dengan konflik antarwilayah dan tidak efektifnya institusi multilatreal. Dalam titik tertentu, konfrontasi geoekonomi dapat berdampak terhadap risiko migrasi tidak secara sukarela/terpaksa dalam skala besar.