Bisnis.com, JAKARTA - Sebanyak 35 pabrikan dalam negeri telah lolos dalam proses penilaian dan pembinaan sebagai industri penunjang hulu migas tahap II pada 2022.
Penilaian dan pembinaan oleh SKK Migas bersama 18 Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) ini dilakukan dengan tujuan untuk memastikan kemampuan serta membantu penyedia barang/jasa dalam negeri agar dapat memenuhi kualifikasi kebutuhan operasi dan proyek hulu migas di Indonesia.
Adapun, penilaian dan pembinaan ini memastikan kemampuan serta membantu pembinaan kepada penyedia barang/jasa dalam negeri agar dapat memenuhi kualifikasi kebutuhan operasi dan proyek hulu migas di Indonesia.
Sebanyak 35 Penyedia Barang dan Jasa penunjang Hulu Migas tersebut adalah penyedia 8 komoditas utama dalam kegiatan hulu migas seperti produk chemical, electrical, instrumentation, mechanical static, TVF (Tubular, Valve dan Fitting), rotating, structure dan drilling subsurface.
Deputi Dukungan Bisnis SKK Migas Rudi Satwiko menerangkan SKK Migas bersama 18 KKKS telah berhasil melakukan penilaian dan pembinaan terhadap 35 Penyedia Barang dan Jasa penunjang Hulu Migas pada tahun ini.
“Dari hasil yang telah dicapai dari Program Penilaian dan Pembinaan Bersama, saya berharap seluruh perusahaan dalam negeri dapat mengambil sisi positif dari proses penilaian ini, karena bertujuan untuk meningkatkan kapabilitas kemampuan dan keandalan pabrikan dalam negeri berdasarkan analisa gap dan rekomendasi pengembangan yang diberikan. Agar dapat memenuhi kualifikasi kebutuhan operasi dan proyek hulu migas di Indonesia,” ungkap Rudi dalam pernyataan tertulisnya, dikutip Sabtu (24/12/2022).
Baca Juga
Direktur Jendral Migas Kementerian ESDM Tutuka Ariadji menyampaikan dukungan penuhnya atas pelaksanaan program yang akan memastikan tercapainya spesifikasi, mutu produk dalam negeri kebutuhan operasi migas.
“Saya berharap seluruh KKKS yang telah terlibat dalam program ini akan selalu konsisten dan mengupayakan penggunaan produk dalam negeri untuk menggantikan produk impor sehingga mendukung pertumbuhan perekonomian nasional,” ujar Tutuka.
Jumlah perusahaan dan pabrikan di tahun ini menurut Tutuka meningkat dibanding tahun atau tahap sebelumnya yang melibatkan 29 perusahaan industri penunjang migas dari seluruh Indonesia. Sementara itu dari pihak KKKS ikut terlibat sebanyak 20 perusahaan KKKS.
Sementara itu, Kepala Divisi Pengelolaan Rantai Suplai dan Analisis Biaya SKK Migas Erwin Suryadi mengungkapkan adanya continuous improvement dari Penyedia Barang dan Jasa penunjang Hulu Migas, tidak hanya mengoptimasi Produk Dalam Negeri, tetapi juga meningkatkan efisiensi kegiatan hulu migas.
Dengan begitu, dapat mendukung proyek dan operasi KKKS dalam mencapai target 1 Juta Barel Minyak dan 12 BSCFD pada tahun 2030.
“SKK Migas juga dalam kesempatan ini menampilkan peluang terjadinya integrasi antara pabrikan dalam negeri yang bertujuan untuk menciptakan produk dalam negeri yang memiliki nilai TKDN gabungan yang cukup tinggi. Diharapkan dengan adanya terobosan dari SKK Migas ini akan semakin banyak terjadi kolaborasi antar pabrikan dalam negeri untuk melengkapi produk-produk yang dibutuhkan oleh operasi KKKS," ujar Erwin.
VP SCM Pertamina Hulu Energi Subholding Upstream Kunadi menyampaikan dukungannya terhadap pelaksanaan program ini. Menurutnya, program Penilaian dan Pembinaan Bersama ini membawa tone positif dan menjadi salah satu pemicu semangat bagi Team SCM PT Pertamina Hulu Energi Subholding Upstream dalam melaksanakan tugas dan tanggungjawab mensupport kegiatan operasional perusahaan untuk mewujudkan harapan Stakeholders terkait.