Bisnis.com, JAKARTA — Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto, memastikan kapasitas pemurnian pengolahan bijih bauksit di dalam negeri relatif cukup untuk mengantisipasi limpahan bahan mentah itu yang diprediksi meningkat seiring dengan keputusan moratorium ekspor pada Juni 2023 mendatang.
Airlangga mengatakan pabrik pengolahan dan pemurnian atau smelter terpasang untuk bijih bauksit saat ini sudah sebanyak 4 unit dengan kapasitas olahan alumina mencapai 4,3 juta ton setiap tahunnya.
“Selain itu pemurnian bauksit dalam tahap pembangunan itu kapasitas inputnya adalah 27,41 juta ton dan kapasitas produksinya 4,98 juta ton atau mendekati 5 juta ton,” kata Airlangga saat keterangan pers moratorium ekspor bijih bauksit yang ditayangkan lewat Kanal Youtube Sekretariat Presiden, Jakarta, Rabu (21/12/2022).
Sementara itu, cadangan bijih bauksit Indonesia ditaksir sebesar 3,2 miliar ton yang dikalkulasi dapat memenuhi kapasitas produksi sebesar 41,5 juta ton setiap tahunnya.
Asumsinya dengan cadangan sekitar itu, stok bijih bauksit domestik bakal habis dalam kurun waktu 77 tahun hingga 2098 jika tidak ada penambahan cadangan dan tingkat produksi sama sebesar 41,5 juta ton per tahun.
“Jadi dari jumlah smelter yang disiapkan 8 tersebut masih bisa 12 smelter lain,” ujarnya.
Diberitakan sebelumnya, Presiden Joko Widodo (Jokowi) resmi melarang ekspor bijih bauksit terhitung Juni tahun 2023. Larangan itu dilakukan untuk mendorong industri pengolahan dan pemurnian bauksit di dalam negeri.
"Mulai Juni 2023 pemerintah akan melarang ekspor bijih bauksit," ujar Jokowi, Rabu (21/12/2022).
Jokowi menegaskan bahwa industrialisasi bauksit di dalam negeri ini akan meningkatkan pendapatan negara dari Rp21 triliun menjadi sekitar Rp62 triliun.
Di sisi lain, Asosiasi Pengusaha Bauksit dan Bijih Besi Indonesia (APB3I) melaporkan pembangunan pabrik pengolahan dan pemurnian atau smelter bijih bauksit belum menunjukkan perkembangan yang signifikan. Kebutuhan investasi yang besar tidak mendapat kepercayaan dari lembaga pemberi pinjaman.
Pelaksana Harian Ketua Umum APB3I, Ronald Sulistyanto, mengatakan tersendatnya perkembangan pembangunan smelter pada industri pengolahan bijih bauksit itu disebabkan karena minimnya pendanaan dari perbankan atau investor.
Malahan, menurut Ronald, perbankan milik pemerintah turut menjaga jarak untuk memberi pinjaman pada proyek smelter bauksit tersebut.
“Karena modal tidak ada, kita tawarkan ke investor luar negeri mereka bilang tidak feasible. Menurut mereka gangguan terlalu banyak, proses terlalu panjang,” kata Ronald saat dihubungi, Minggu (11/12/2022).
Di sisi lain, Ronald mengatakan, bank pemerintah turut menilai proyek smelter bijih bauksit itu tidak layak untuk dibiayai. Padahal, hilirisasi bijih bauksit ikut menjadi prioritas pemerintah saat ini.
Sementara itu, dia membeberkan, minat investor asing dan domestik cenderung landai untuk berinvestasi pada proyek hilirisasi bauksit hingga aluminium di dalam negeri.
Dia menuturkan sejumlah anggota APB3I telah mengadakan penjajakan ihwal kemungkinan kerja sama pembangunan smelter bauksit dengan mitra di luar negeri. Hanya saja, belum ada komitmen investasi baru yang tercipta hingga akhir tahun ini.
Hitung-hitungan APB3I menunjukkan kebutuhan investasi pembangunan smelter alumina dapat menyentuh di angka US$1,2 miliar atau setara Rp17 triliun.
Kebutuhan dana yang besar itu dipastikan membuat proyek pembangunan smelter bauksit domestik akan terkoreksi serius. Buktinya, sejumlah rencana pengembangan smelter bauksit di dalam negeri molor dari target.
Berdasarkan data milik Kementerian ESDM per 2021, baru terdapat tiga smelter yang beroperasi dengan kapasitas input bijih bauksit secara keseluruhan 4,56 juta ton.
Ketiga smelter itu di antaranya milik PT Indonesia Chemical Alumina dengan kapasitas output 300.000 CGA, PT Well Harvest Winning dengan kapasitas output 1 juta SGA dan Inalum Operating dengan kapasitas output 250.000 aluminium ingot dan billet.
Kementerian ESDM mencatat terdapat 11 smelter bauksit dengan keluaran SGA yang masih tahap pengerjaan dan 1 pabrik pengolahan dan pemurnian bauksit dalam tahap konstruksi dengan keluaran CGA.
Selain itu, Inalum Operating tengah berencana untuk membangun pabrik baru untuk produksi aluminium ingot dan billet dengan kapasitas input bijih mencapai 2 juta ton.