Bisnis.com, JAKARTA — Asosiasi Pengusaha Bauksit dan Bijih Besi Indonesia (APB3I) mengungkapkan pabrik pengolahan dan pemurnian atau smelter bauksit baru yang tengah dibangun belakangan diarahkan untuk membeli listrik dari PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) atau PLN.
Pelaksana Harian Ketua Umum APB3I Ronald Sulistyanto mengatakan, smelter bauksit yang saat ini masuk pada tahap konstruksi belakangan kesulitan untuk mendapat izin pembangunan pembangkit listrik mandiri.
Menurutnya, smelter anyar itu diarahkan untuk langsung mengambil listrik dari perusahaan setrum pelat merah tersebut. Malahan, PLN disebutkan telah menghimpun daya yang dibutuhkan sebagai bagian dari komitmen permintaan industri yang mayoritas berada di Kalimantan Barat tersebut.
“Kalau komitmen permintaan itu semua dipaksa, berapa kebutuhannya dicatat saja, lalu dikompilasi smelter butuh sekian, PLN perlu kredit sekian untuk bangun [pembangkit] ini,” kata Ronald saat dihubungi, Selasa (20/12/2022).
Berdasarkan data milik Kementerian Investasi per Juni 2022, terdapat 11 pabrik pengolahan dan pemurnian bauksit dalam tahap konstruksi yang akan memproduksi smelter grade alumina (SGA), sementara terdapat 1 smelter dalam tahap pembangunan yang direncanakan bakal memproduksi chemical grade alumina (CGA).
Adapun, total kapasitas input bijih bauksit dari 12 smelter yang masuk tahap pembangunan itu mencapai 36,9 juta ton.
Baca Juga
Sementara itu, hitung-hitungan APB3I menunjukan kebutuhan daya listrik untuk satu smelter berada di kisaran 120 megawatt (MW) dengan kapasitas output terpasang mencapai 2 juta ton. Artinya, pemenuhan daya listrik untuk 12 smelter bauksit mendatang berada di angka 1,4 gigawatt (GW).
“Kalau smelter [bauksit] ada di Kalimantan Barat semua itu kan bebannya terpusat, kalau 1,4 GW terjadinya di seluruh Indonesia mungkin bisa saja terbagi-bagi,” kata dia.
Seperti diberitakan sebelumnya, tengah berhati-hati untuk merevisi kembali Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) 2021-2030 seiring dengan tingginya komitmen permintaan setrum dari pabrik pengolahan dan pemurnian atau smelter bijih mineral saat ini.
Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo mengatakan, perseroan tengah menghitung ulang potensi penambahan daya terpasang pembangkit untuk mengimbangi komitmen investasi dan listrik dari perusahaan pengolahan mineral mendatang.
Peningkatan investasi serta komitmen permintaan itu didorong oleh kebijakan moratorium ekspor mineral tambang yang dibarengi dengan kewajiban industri untuk melakukan pengolahan bahan baku di dalam negeri. Konsekuensinya, investasi yang masuk untuk smelter saat ini melampaui prediksi penyediaan listrik PLN.
“Membuat investasi pengolahan nikel itu tumbuh luar biasa, di sini ada namanya additional demand di luar prediksi dari rencana usaha penyediaan tenaga listrik,” kata Darmawan dalam Indonesia Economic Outlook 2023, Selasa (20/12/2022).
Kendati demikian, Darmawan menggarisbawahi, hitung-hitungan penambahan daya terpasang pembangkit itu bakal dilakukan dengan penuh kehati-hatian. Alasannya, perhitungan yang meleset dengan realisasi investasi smelter justru bakal memperlebar kondisi kelebihan pasokan atau oversupply listrik tahun ini.
Berdasarkan skenario yang disusun PLN, 155 potensi konsumen tegangan tinggi (KTT) diperkirakan membutuhkan daya listrik hingga 28 gigawatt (GW) yang masuk pada kategori high risk. Sementara itu, kategori high medium diidentifikasikan dengan 110 KTT dengan potensi permintaan 18 GW.
Di sisi lain, kategori medium risk diproyeksikan berasal dari 59 KTT dengan kapasitas tambahan terpasang mencapai 8 GW. Adapun, PLN menetapkan kategori low risk dengan asumsi 18 KTT yang membutuhkan daya di angka 1,7 GW.
“Tetapi apakah ini semua akan masuk? Ada banyak sekali yang daftar nanti ternyata investasinya tidak terealisasi, kalau ini kami penuhi semua, kami bangun pembangkit berdasarkan ini, gardu induk, transmisi tetapi tidak datang asetnya jadi stranded,” kata Darmawan.
Berdasarkan data pertumbuhan penjualan listrik PLN, regional Sulawesi, Maluku, Papua, dan Nusa tenggara mencatatkan pertumbuhan tertinggi mencapai 9,66 persen sepanjang Januari hingga November 2022.
Pertumbuhan penjualan listrik itu melampaui pencatatan yang dilaporkan regional Sumatra, Kalimantan, dan Jawa-Madura-Bali dengan torehan masing-masing di angka 6,68 persen dan 6,16 persen pada periode yang sama.
Adapun, secara nasional, realisasi penjualan listrik sudah mencapai 247.706 gigawatt hour (GWh) sepanjang Januari hingga November 2022. Penjualan setrum PLN itu mengalami pertumbuhan mencapai 6,52 persen jika dibandingkan pada periode yang sama tahun lalu.