Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Bursa Saham Asia Terseret Kenaikan Suku Bunga The Fed, Indeks Hang Seng Merosot 1,34 Persen

Bursa Asia anjlok sebagai respons atas kebijakan Federal Reserve (The Fed) yang menaikkan suku bunga acuan dan menaikkan proyeksi suku bunga di tahun mendatang.
Salah satu layar perdagangan di bursa saham China./Bloomberg
Salah satu layar perdagangan di bursa saham China./Bloomberg

Bisnis.com, JAKARTA – Pasar saham di Asia kompak anjlok mengekor bursa saham AS sebagai respons atas kebijakan Federal Reserve (The Fed) yang menaikkan suku bunga acuan dan menaikkan proyeksi suku bunga di tahun mendatang.

Berdasarkan data Bloomberg pada Kamis (15/12/2022), indeks Nikkei 225 Jepang melemah 0,41 persen, Hang Seng turun 1,34 persen, dan Shanghai Composite terkoreksi 0,36 persen siang ini.

The Fed menaikkan suku bunga acuan sebesar 50 basis poin menjadi kisaran target 4,25 persen hingga 4,5 persen. Bank sentral AS tersebut juga memproyeksikan suku bunga mencapai puncaknya di 5,1 persen tahun depan, menurut perkiraan median mereka. Target tersebut kemudian dipangkas menjadi 4,1 persen pada tahun 2024, yaitu tingkat yang lebih tinggi dari yang ditunjukkan sebelumnya.

Analis pasar global JPMorgan Asset Management Kerry Craig mengatakan perubahan haluan the Fed bakal memakan waktu lebih lama dari yang diperkirakan pasar. Sementara itu, bursa AS tidak bereaksi positif terhadap hasil pertemuan dan sentimen itu kemungkinan akan mengalir ke pasar Asia.

"Untuk Asia Pasifik, pembukaan kembali perekonomian China tetap menjadi sentimen positif, tetapi sejauh mana ini akan mampu mengimbangi kenaikan suku bunga acuan dan dukungan terhadap dolar AS masih harus dilihat." lanjutnya.

Wakil kepala pendapatan tetap di Schroders Australia Kellie Wood menjelaskan meskipun ada peningkatan ke titik-titik, titik akhir semakin dekat. Saat kami memasuki awal tahun depan, data seharusnya mulai menunjukkan bahwa resesi sudah dekat.

"Butuh beberapa waktu agar inflasi menjadi moderat ke tingkat di mana Fed AS nyaman dengan kebijakan pelonggaran. Dengan pasar yang telah menetapkan harga tunai -5 persen dalam 6 bulan ke depan, titik-titik tersebut baru saja mengejar harga pasar untuk jalur kebijakan AS." ujarnya.

Kemudian, ahli strategi pasar global di Invesco Asset Management di Tokyo Tomo Kinoshita menilai saham AS telah mengalami penurunan terbatas, menunjukkan bahwa pasar keuangan tidak sepenuhnya percaya pada kebijakan hawkish the Fed, kemungkinan karena sebagian pejabat The Fed telah berbicara mengenai kemungkinan penurunan suku bunga.

"Imbal hasil obligasi jangka panjang tampaknya telah mencapai puncaknya, yang merupakan tanda investor sekarang khawatir tentang resesi." tuturnya.

Kepala strategi investasi untuk Firetrail Investments Anthony Doyle menyoroti pasar saham Asia bakal lebih baik dari Wall Street.

"Tema hari ini untuk pasar Asia adalah saham defensif yang paling banyak bertahan, jadi sektor-sektor seperti perawatan kesehatan, makanan dan minuman, dan transportasi. Sektor-sektor yang paling dirugikan, siklis atau otomotif yang terpapar konsumen, material teknologi dan semikonduktor adalah paling bawah," ungkapnya.

Analis pasar senior di City Index Matthew Simpson menuturkan inflasi yang lebih lemah dan prospek suku bunga Fed yang lebih rendah pada tahun 2024 mendorong dolar ke posisi terendah baru, dan dorongan itu menjadi sentimen positif bagi mata uang negara berkembang.

"Pembatasan Covid yang dilonggarkan China yang diutamakan daripada kasus yang meningkat dapat memungkinkan yuan menguat lebih lanjut, jadi kami terus menyukai dolar/ yuan offshore di bawah area 7,01. Dolar/yen telah bertahan di atas level terendah 2 Desember dan tampaknya membangun basis di atas 135 yen, jadi kami berjaga-jaga untuk rebound dan reli ke 140," jelasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper