Bisnis.com, JAKARTA — Laju inflasi di Amerika Serikat (AS) kembali melambat pada November 2022 menjadi 7,1 persen. Tingkat ini juga merupakan yang terendah sejak Desember 2021.
Chief Economist PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. Andry Asmoro mengatakan bahwa capian inflasi tersebut berada di bawah perkiraan pasar sebesar 7,3 persen.
Tingkat inflasi AS pada November 2022 tercatat lebih rendah dari inflasi pada Oktober 2022 yang mencapai 7,7 persen.
Inflasi inti negara itu pun tercatat lebih rendah, yaitu mencapai 6 persen, jika dibandingkan dengan posisi pada Oktober 2022 yang mencapai 6,3 persen.
Andry mengatakan, data-data positif terus datang pada akhir tahun ini, baik dari sisi global maupun dari sisi domestik.
Di dalam negeri, dia memperkirakan tingkat inflasi pada akhir 2022 akan lebih rendah dari 6 persen. Data inflasi ini menurutnya akan direspons oleh kebijakan suku bunga acuan yang kurang agresif dibandingkan bulan-bulan sebelumnya.
Baca Juga
“Tinggal bersiap dengan suku bunga yang lebih tinggi dengan laju yang lebih lambat pada Desember 2022 dan kuartal I/2023,” katanya, Selasa (14/12/2022).
Kondisi global ini pun akan memberikan sentimen positif ke pasar obligasi negara berkembang ke depan, termasuk Indonesia.
Menurut Andry, satu-satunya risiko bagi negara berkembang saat ini adalah bagaimana memanfaatkan tekanan resesi global ke ekonomi domestik.
“Jika kita melihat pengalaman Indonesia dalam beberapa periode krisis global, pertumbuhan Indonesia masih dapat bertahan di atas negara-negara lain yang memiliki keterpaparan besar terhadap perdagangan internasional,” jelasnya.