Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Ekonom Bank Mandiri dan Bank Permata Ramal Surplus Neraca Dagang November Susut

Ekonom Bank Mandiri dan Bank Permata memperkirakan surplus perdagangan Indonesia pada November 2022 sekitar US$4,64 Miliar-US$5,18 Miliar.
Aktivitas bongkar muat peti kemas di pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Rabu (22/6/2022). /Bisnis-Eusebio Chrysnamurti
Aktivitas bongkar muat peti kemas di pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Rabu (22/6/2022). /Bisnis-Eusebio Chrysnamurti

Bisnis.com, JAKARTA — Badan Pusat Statistik (BPS) akan mengumumkan data perdagangan Indonesia pada Kamis (15/12/2022). Ekonom Bank Mandiri dan Bank Permata memperkirakan surplus neraca perdagangan Indonesia pada November 2022 akan menyusut dibandingkan bulan sebelumnya.

Ekonom Bank Mandiri Faisal Rachman meramal, neraca dagang Indonesia masih mengalami surplus sebesar US$4,64 miliar pada November 2022 atau lebih rendah dibandingkan Oktober 2022 yang tercatat sebesar US$5,67 miliar.

“Ini karena kinerja ekspor terlihat menurun di tengah aktivitas ekonomi global yang melambat,” kata Faisal dalam keterangan resmi, Rabu (14/12/2022).

Kemudian secara bulanan, Faisal memproyeksikan ekspor Indonesia tumbuh sebesar 1,12 persen (month-to-month/mtm) atau 9,46 persen secara tahunan. Hal tersebut dipicu oleh perlambatan pertumbuhan harga komoditas, penurunan Baltic Dry Index (volume perdagangan global yang lemah), dan kontraksi PMI manufaktur dari sebagian besar mitra dagang.

Sementara itu, impor Indonesia diperkirakan tumbuh 6,42 persen secara bulanan atau 5,36 persen (year-on-year/yoy), di tengah PMI manufaktur yang melambat, meski masih dalam zona ekspansi.

Adapun proyeksi Ekonom Bank Permata Josua Pardede sedikit lebih tinggi dari proyeksi Bank Mandiri. Josua memperkirakan, neraca dagang Indonesia mengalami surplus sebesar US$5,18 miliar pada November 2022. Kinerja ekspor diramal di kisaran 10,37 persen secara tahunan dan impor tumbuh 3,65 persen.

Dari sisi ekspor, Josua menjelaskan untuk November 2022 ditopang oleh naiknya harga komoditas ekspor seperti CPO (crude palm oil) yang mencatatkan kenaikan rata-rata sebesar 9,38 persen mtm sepanjang November, meskipun harga komoditas ekspor seperti batu bara tercatat turun sebesar 10,73 persen secara bulanan.

Sementara, kinerja impor diprediksi bakal ditopang oleh impor non-migas, mengingat aktivitas manufaktur domestik masih tercatat dalam fase yang ekspansif.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Ni Luh Anggela
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper