Bisnis.com, JAKARTA — Badan Pusat Statistik (BPS) akan mengumumkan data perdagangan Indonesia pada Kamis (15/12/2022). Ekonom Bank Mandiri dan Bank Permata memperkirakan surplus neraca perdagangan Indonesia pada November 2022 akan menyusut dibandingkan bulan sebelumnya.
Ekonom Bank Mandiri Faisal Rachman meramal, neraca dagang Indonesia masih mengalami surplus sebesar US$4,64 miliar pada November 2022 atau lebih rendah dibandingkan Oktober 2022 yang tercatat sebesar US$5,67 miliar.
“Ini karena kinerja ekspor terlihat menurun di tengah aktivitas ekonomi global yang melambat,” kata Faisal dalam keterangan resmi, Rabu (14/12/2022).
Kemudian secara bulanan, Faisal memproyeksikan ekspor Indonesia tumbuh sebesar 1,12 persen (month-to-month/mtm) atau 9,46 persen secara tahunan. Hal tersebut dipicu oleh perlambatan pertumbuhan harga komoditas, penurunan Baltic Dry Index (volume perdagangan global yang lemah), dan kontraksi PMI manufaktur dari sebagian besar mitra dagang.
Sementara itu, impor Indonesia diperkirakan tumbuh 6,42 persen secara bulanan atau 5,36 persen (year-on-year/yoy), di tengah PMI manufaktur yang melambat, meski masih dalam zona ekspansi.
Adapun proyeksi Ekonom Bank Permata Josua Pardede sedikit lebih tinggi dari proyeksi Bank Mandiri. Josua memperkirakan, neraca dagang Indonesia mengalami surplus sebesar US$5,18 miliar pada November 2022. Kinerja ekspor diramal di kisaran 10,37 persen secara tahunan dan impor tumbuh 3,65 persen.
Baca Juga
Dari sisi ekspor, Josua menjelaskan untuk November 2022 ditopang oleh naiknya harga komoditas ekspor seperti CPO (crude palm oil) yang mencatatkan kenaikan rata-rata sebesar 9,38 persen mtm sepanjang November, meskipun harga komoditas ekspor seperti batu bara tercatat turun sebesar 10,73 persen secara bulanan.
Sementara, kinerja impor diprediksi bakal ditopang oleh impor non-migas, mengingat aktivitas manufaktur domestik masih tercatat dalam fase yang ekspansif.