Bisnis.com, JAKARTA - Asosiasi Pelaku Pusat Belanja Indonesia (APPBI) berharap pusat perbelanjaan atau mal dapat menambahkan fungsi lain dari sekedar sebagai tempat berbelanja. Hal itu merespons fenomena sepinya kunjungan yang dialami beberapa pusat belanja di Kota Jakarta, seperti Plaza Semanggi, Ratu Plaza dan mal Blok M.
Ketua APPBI Alphonzus Widjaja mengatakan, pusat perbelanjaan ke depan akan fokus pada pengalaman atau experience dari para pengunjung. Artinya, bukan lagi fokus pada pembelian barang.
"Jadi fungsi berbelanja menjadi prioritas kedua, sedangkan yang utama adalah journey [perjalanan] dan experience [pengalaman]. Saya kira ini menjadi tantangan bagi kita semua," ujar Alphonzus kepada Bisnis, Senin (12/12/2022).
Dia mengatakan, saat ini pusat perbelanjaan yang terus-menerus hanya mengedepankan fungsi belanja maka akan langsung berhadapan dengan e-commerce. Dia membeberkan, fungsi lain dari pusat perbelanjaan akan selalu berubah dari waktu ke waktu karena sangat erat dengan gaya hidup atau lifestyle yang cepat sekali berubah setiap waktu.
“Sudah sejak lama fungsi utama pusat perbelanjaan bukan lagi hanya sekedar sebagai tempat berbelanja saja, terutama bagi pusat perbelanjaan yang berlokasi di kota-kota besar,” ujar dia.
Dia mengatakan, pada saat ini untuk merespons perubahan yang terjadi akibat pandemi Covid- 19 maka pusat perbelanjaan harus dapat menambahkan fungsi lain, yaitu harus dapat menjadi hub koneksi sosial (social connection hub) dikarenakan sudah hampir 3 tahun manusia di dunia ini tidak bisa dengan bebas untuk berinteraksi dengan sesamanya secara langsung, bukan di dunia maya seperti yang selama ini terjadi.
Baca Juga
“Banyak pusat perbelanjaan yang mampu dan telah berhasil memberikan fungsi lain dari sekedar fungsi belanja saja sehingga diminati dan banyak dikunjungi oleh masyarakat bahkan tingkat kunjungannya telah mencapai 100 persen,” ujar dia.
Alphonzus ingin mal dapat menjadi salah satu tempat yang biasa disambangi dalam berinteraksi selain pusat transportasi, rumah, dan perkantoran. Dengan begitu, manusia yang memiliki sifat sebagai makhluk sosial akan tetap melihat mal sebagai tempat yang menarik.
Lebih lanjut, dia mengaku banyak belajar selama pandemi Covid-19 melanda Indonesia. Pasalnya, banyak pusat perbelanjaan yang hanya berfokus pada pembelian sehingga tidak mampu untuk bertahan.
"Mal yang mempertahankan fungsinya sebagai tempat belanja akan bertarung dengan online. Ini sudah terjadi juga sebelum Covid. Ditambah Covid penetrasi online lebih kuat," kata Alphonzus.
Alphonzus melihat saat ini pusat perbelanjaan sudah kembali normal dengan kapasitas penuh. Pengusaha mal optimistis pada akhir 2022 dapat kembali stabil setelah selama 2 tahun lamanya terpukul oleh pandemi Covid-19.