Bisnis.com, JAKARTA - Kepala Ekonom Bank Mandiri Andry Asmoro memprediksi tingkat inflasi pada akhir 2022 lebih rendah dari perkiraan mereka sebesar 6,27 persen (year-on-year/yoy).
Andry Asmoro menyebut, pihaknya memperkirakan inflasi pada akhir tahun ini bisa berada di kisaran 5,4 persen hingga 5,6 persen secara tahunan.
“Berkat keberhasilan pemerintah dalam menjaga pasokan pangan dan mengendalikan harga pangan, nowcasting kami menunjukkan bahwa inflasi pada akhir tahun 2022 bisa berada di kisaran 5,4 – 5,6 persen, lebih rendah dari perkiraan kami sebesar 6,22 persen,” kata Andry dalam keterangan tertulis, Kamis (1/12/2022).
Badan Pusat Statistik (BPS) pada Kamis (1/12/2022) melaporkan, inflasi pada November 2022 secara tahunan tercatat sebesar 5,42 persen yoy. Angka tersebut lebih rendah dibandingkan inflasi pada Oktober 2022 sebesar 5,71 persen, menjadikannya sebagai inflasi terendah dalam 3 bulan terakhir.
Kendati demikian, angka tersebut masih berada di atas batas atas target Bank Indonesia (BI) sebesar 2 persen hingga 4 persen selama enam bulan berturut-turut. Sementara itu, inflasi inti tercatat di level 3,30 persen secara tahunan pada November 2022 atau masih mendekati level tertinggi dalam tiga tahun.
Inflasi pangan bergejolak dan inflasi yang diatur pemerintah juga tercatat melemah masing-masing menjadi 5,70 persen dan 13,01 persen secara tahunan.
Baca Juga
Ke depan, Andry menyebut inflasi akan tetap relatif tinggi yakni di kisaran 5 persen hingga 6 persen setidaknya hingga semester I/2023 sebelum akhirnya mereda menuju kisaran target BI.
“Ini karena kami masih melihat dampak putaran kedua dari kenaikan harga BBM bersubsidi akan terus berlanjut,” ujarnya.
Sementara, inflasi diramal berkisar antara 3,6 persen hingga 4,02 persen pada akhir 2023. Selain itu, lantaran inflasi cukup lama berada di atas kisaran target, Andry memperkirakan suku bunga acuan akan terus naik ke 5,50 persen pada Desember 2022 dan menjadi 5,75 persen pada semester I/2023.