Bisnis.com, JAKARTA - Direktur Utama PT ASDP Indonesia Ferry (Persero) Ira Puspadewi menceritakan pengalaman BUMN penyeberangan itu dalam mendorong digitalisasi pembelian tiket untuk pertama kalinya.
Ira bercerita bahwa ASDP merupakan BUMN ketiga tempat dia bekerja. Sebelumnya, dia sempat melanglang buana di PT Pos Indonesia (Persero) dan PT Sarinah. Saat pertama kali bergabung dengan ASDP sekitar lima tahun lalu, transaksi pemesanan atau pembelian tiket feri belum sepenuhnya terdigitalisasi.
Hal itu lantas menjadi tantangan bagi Ira. Apalagi, di lintas Merak–Bakauheni di mana 60 persen pendapatan perseroan berasal.
"Sejak 2018 itu sudah tidak ada cash, terutama di lintasan Merak–Bakauheni dan Ketapang–Gilimanuk. Dari dua lintasan itu, 60 pendapatan perseroal berasal, jadi kami prioritaskan transformasi digital di situ langsung nomor satu," ujarnya dalam sesi penjurian Bisnis Indonesia Top BUMN Awards 2022, Senin (21/11/2022).
Dia menceritakan bahwa proses digitalisasi pada ASDP menghadapi tantangan baik dari dalam maupun luar perseroan. Ira menyebut Kementerian Perhubungan (Kemenhub) bahkan sempat mewanti-wanti soal proses digitalisasi yang dilakukan.
Proses digitalisasi pembelian tiket feri dimulai pada sekitar 2018, saat libur Idulfitri yang mana mobilitas sedang tinggi-tingginya. Saat high season itu, Ira menyebut nilai transaksi di Merak dan Bakauheni bisa mencapai Rp8 miliar.
Baca Juga
Awalnya, lanjut Ira, ASDP sempat diwanti-wanti agar tidak melakukan transformasi digital secara perdana di lintasan yang ramai dan pada saat peak season. Namun, hal itu tidak membuatnya berhenti.
ASDP mulai bertransformasi secara digital pada sisi pembelian tiket mulai dari tap in kartu di pelabuhan, sampai dengan reservasi online melalui aplikasi Ferizy.
"Jadi yang kami lakukan itu benar-benar opposite [dari wanti-wanti] dan kami melakukannya di unit terbesar dan pas Lebaran. Kami melakukan transformasi di waktu yang gila dan edan, against all odds," jelasnya.
Hasilnya, kini pembelian tiket di Merak, Bakauheni, Ketapang, dan Gilimanuk semua sudah secara online atau melalui Ferizy. ASDP tengah mendorong digitalisasi secara menyeluruh di pelabuhan atau lintasan kelolaan perseroan. Targetnya, hingga 2024, seluruh pelabuhan kelolaan sudah menerapkan pembelian tiket secara digital.
Setiap tahunnya, puluhan juta manusia menggunakan transportasi penyeberangan dari pelabuhan ASDP. Pada 2019, ASDP bahkan melayani hingga 50 juta pengguna. Di sisi lain, kini Ferizy sudah diunduh lebih dari satu juta kali di Play Store.
Per Agustus 2022, ASDP berhasil membukukan pendapatan konsolidasi sebesar Rp2,75 triliun. Nilai pendapatan ini mencapai 90,42 persen dari target RKAP 2022 sebesar Rp3,04 triliun dan naik 24,35 persen dari realisasi tahun 2021 sebesar Rp2,21 triliun.
Selanjutnya, ASDP berhasil membukukan laba sebesar Rp486,44 miliar atau mencapai 342,3 persen dari target RKAP 2022 sebesar Rp142,22 miliar dan mencapai 173,14 persen dibandingkan realisasi periode sama tahun lalu sebesar Rp178,09 miliar.
Pada 2021, ASDP berhasil membukukan pendapatan Rp3,55 triliun, dan laba bersih Rp326,3 miliar. Pendapatan tahun 2021 tersebut melampaui dari total pendapatan dalam kondisi normal sebelum Covid-19 di tahun 2019 sebesar Rp3,31 triun dan naik 11,10 persen dibanding realisasi tahun 2020 sebesar Rp3,1 triliun.
Sementara untuk capaian laba bersih, mencapai 293,31 persen dari target, dan mengalami pertumbuhan 80,13 persen dari laba di tahun 2020 sebesar Rp181,14 miliar. Capaian laba bersih 2021 ini bahkan yang tertinggi sepanjang sejarah sejak ASDP berdiri.