Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Ada Risiko Resesi, BKPM Bocorkan Industri yang Jadi Primadona pada 2023

BKPM membeberkan dua sektor industri yang masih menjadi primadona tahun depan, apa saja?
Pekerja melakukan proses pemurnian dari nikel menjadi feronikel di fasilitas pengolahan dan pemurnian (smelter) di Kolaka, Sulawesi Tenggara, Selasa (8/5/2018)./JIBI-Nurul Hidayat
Pekerja melakukan proses pemurnian dari nikel menjadi feronikel di fasilitas pengolahan dan pemurnian (smelter) di Kolaka, Sulawesi Tenggara, Selasa (8/5/2018)./JIBI-Nurul Hidayat

Bisnis.com, BADUNG - Kementerian Investasi/Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) menyebut terdapat dua sektor industri yang masih menjadi primadona pada tahun depan kendati ada ancaman resesi global.

Direktur Bidang Perencanaan dan Penanaman Modal Kementerian Investasi/BKPM Indra Darmawan menyampaikan dua sektor itu yakni sektor industri logam dasar dan industri yang terkait dengan nilai tambah seperti nikel dan tembaga.

“Dan sektornya mana yang masih bagus kalau kita lihat data dan tren itu sektor industri logam dasar dan industri yang terkait nilai tambah seperti nikel dan tembaga. Itu tiga tahun terakhir cukup kencang pertumbuhanya,” kata Indra usai menghadiri The Introduction to G20 Bali Compendium & The Launch of Sustainable Investment Guidelines, di InterContinental Bali Resort, Jimbaran, Bali pada Senin (14/11/2022).

Indra mengatakan, sektor-sektor ini akan terus didorong agar realisasi investasi dapat memenuhi target tahun depan.

Presiden Joko Widodo (Jokowi) mematok investasi senilai Rp1.400 triliun pada 2023 atau naik dari target sebelumnya Rp1.200 triliun pada 2022. 

Target tersebut mau tidak mau harus dicapai Kementerian Investasi/BKPM untuk menjaga pertumbuhan ekonomi dalam negeri di atas 5 persen pada 2023. Apalagi, defisit anggaran kembali ke 3 persen tahun depan, berdasarkan amanat Perppu No. 1/2020 atau Undang-undang No. 2/2020.

Meski tahun depan ekonomi global diramal berpotensi mengalami perlambatan, Menteri Investasi/Kepala BKPM Bahlil Lahadalia cukup optimistis dapat mencapai target Rp1.400 triliun.

“Mungkin ini juga challenge bagi kami dan yakinlah kami tidak mungkin cengeng untuk menghadapi ini semua. Kita akan menjalankan tugas negara dengan baik sesuai dengan kemampuan kita, yang penting maksimal,” ujar Bahlil usai menghadiri Rapat Kerja dengan Komisi VI di Kompleks Parlemen, Rabu (21/9/2022). 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Ni Luh Anggela
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper