Bisnis.com, JAKARTA - Wakil Presiden (Wapres) Ma'ruf Amin mengatakan bahwa Mesir merupakan salah satu mitra dagang non-tradisional Indonesia yang terpenting di kawasan Timur Tengah.
Selain itu, Wapres menyebut Mesir berada dalam urutan ketiga, jika dilihat dari total nilai perdagangan bilateral mencapai US$1,86 miliar pada 2021, setelah Arab Saudi dan Persatuan Emirat Arab (PEA).
Oleh sebab itu, dia meyakini bahwa kerja sama kedua negara dapat semakin diperkuat melalui pembentukan Joint Trade Committee dan pengembangan Preferential Trade Agreement (PTA).
“Saya mohon dukungan Yang Mulia, agar MoU Joint Trade Committee dapat segera ditandatangani dan inisiatif pembentukan PTA dapat segera dibahas,” kata Wapres saat melakukan pertemuan bilateral dengan Perdana Menteri Mesir Mostafa Kamal Madbouly, dikutip melalui rilis Setwapres, Rabu (9/11/2022).
Sebelumnya, saat bertemu Duta Besar Mesir untuk RI, Ashraf Mohamed Moguib Sultan, di Jakarta pada 5 Oktober lalu, Wapres juga menekankan hal yang sama.
“Saya mencatat adanya tarif bea masuk impor yang tinggi khususnya produk barang jadi. Saya harap pemerintah Mesir dapat menurunkan tarif bea masuk. Untuk itu, saya menyambut baik rencana Prefential Trading Agreement Indonesia-Mesir dalam waktu dekat,” ujarnya.
Sejalan dengan Wapres, PM Kamal Madbouly pada kesempatan ini menyampaikan bahwa Mesir juga ingin terus meningkatkan kerja sama di berbagai bidang dengan Indonesia. Dia ingin melanjutkan jalinan kerja sama kedua negara yang sangat baik sejak zaman Presiden RI Soekarno dan Soeharto, serta Presiden Mesir Gamal Abdel Nasser.
“Kami tentu saja terus berupaya kuat untuk meningkatkan kerja sama bilateral khususnya di bidang kerja sama ekonomi,” tegasnya.
Sebagai informasi, selama 2021 nilai ekspor beberapa komoditas non-migas Indonesia ke Mesir meningkat, yaitu minyak sawit, ban kendaraan, produk kayu, kendaraan penumpang, kelapa, saus dan bumbu masakan, produk kimia, alas kaki dan sabun.
Bahkan, selama 3 tahun terakhir, Mesir selalu menjadi salah satu penyumbang transaksi terbesar di Trade Expo Indonesia (TEI). Pada TEI 2019, Mesir menempati peringkat pertama dengan US$270,51 juta. Pada TEI 2020 dan 2021, Mesir berada di peringkat kedua dengan transaksi US$244,29 juta dan US$560,2 juta.
Kendati demikian, dia menilai masih ada tantangan dalam meningkatkan hubungan perdagangan dengan Mesir. Salah satunya adalah kebijakan baru Mesir tentang tarif bea masuk bagi sejumlah produk impor. Akibatnya, harga produk Indonesia yang masuk ke Mesir tidak kompetitif dibandingkan dengan produk serupa dari negara lain.
Ke depan, menurutnya Indonesia perlu terus mengupayakan agar Mesir bersedia menyusun Preferential Trade Agreement (PTA). Penyebabnya, Indonesia perlu memanfaatkan posisi strategis Mesir di kawasan sebagai hub dan pintu gerbang bagi ekspor produk unggulan Indonesia ke pasar negara-negara Arab dan Afrika, khususnya produk minyak sawit, biji kopi, produk ban, produk aki dan produk perikanan.
Saat ini, Kementerian Perdagangan RI sedang memfinalisasi counterdraft MoU pembentukan Joint Trade Committee RI-Mesir (JTC), sebagai mekanisme bilateral untuk peningkatan kerja sama perdagangan, termasuk rencana pembentukan PTA. Draf MoU JTC telah siap ditandatangani secara sirkuler atau langsung.