Bisnis.com, JAKARTA — Bank Indonesia (BI) memperkirakan laju inflasi akan melandai pada Oktober 2022 dibandingkan dengan realisasi pada September 2022.
Kepala Departemen Komunikasi BI Erwin Haryono menyampaikan bahwa berdasarkan Survei Pemantauan Harga yang dilakukan BI, tingkat inflasi pada Oktober 2022 diperkirakan sebesar 0,05 persen secara bulanan (month-to-month/mtm).
“Berdasarkan Survei Pemantauan Harga pada minggu IV Oktober 2022, perkembangan harga sampai dengan minggu keempat Oktober 2022 diperkirakan inflasi sebesar 0,05 persen mtm,” katanya dalam keterangan resmi yang dikutip Bisnis, Minggu (30/10/2022).
Erwin menyampaikan, komoditas penyumbang inflasi Oktober 2022 sampai dengan minggu keempat yaitu bensin sebesar 0,05 persen mtm, tarif angkutan dalam kota sebesar 0,04 persen mtm, dan tahu mentah sebesar 0,02 persen mtm.
Di samping itu, komoditas yang juga tercatat menyumbang inflasi diantaranya beras, tempe, angkutan antar kota, dan rokok kretek filter masing-masing sebesar 0,01 persen mtm.
Sementara itu, komoditas yang mengalami deflasi pada periode minggu keempat Oktober yaitu cabai merah sebesar -0,11 persen mtm, telur ayam ras sebesar -0,07 persen mtm, daging ayam ras sebesar -0,04 persen mtm, cabai rawit sebesar -0,03 persen mtm, serta tomat dan daging sapi masing-masing sebesar -0,01 persen mtm.
Baca Juga
Ekonom Bank Mandiri Faisal Rachman memperkirakan inflasi pada Oktober 2022 diperkirakan sebesar 0,09 persen mttm, lebih rendah dari bulan sebelumnya yang sebesar 1,17 persen mtm.
“Indeks Harga Konsumen diperkirakan naik 0,09 persen secara bulanan pada Oktober 2022, terutama didorong oleh kenaikan harga bahan bakar dan tarif jasa transportasi,” katanya.
Secara tahunan, dia memperkirakan tingkat inflasi pada Oktober 2022 mencapai 5,91 persen (year-on-year/yoy), sedikit lebih rendah dari inflasi pada September 2022 yang mencapai 5,95 persen secara tahunan.
Sejalan dengan itu, Faisal memperkirakan laju inflasi inti terus mengalami penguatan pada Oktober 2022, mencapai 3,39 persen yoy, seiring dengan pelonggaran PPKM atau peningkatan mobilitas.
Menurutnya, tekanan inflasi masih akan terus berlanjut ke depan, dipicu oleh penyesuaian harga BBM. Hal ini dikarenakan kenaikan harga BBM bersubsidi tidak hanya berdampak pada first round effect terhadap harga BBM dan tarif jasa transportasi, tetapi juga second round effect terhadap barang dan jasa lainnya, khususnya melalui biaya jasa distribusi.