Bisnis.com, JAKARTA - Ekonomi Jerman secara tak terduga berhasil tumbuh pada kuartal III/2022. Hal tersebut berdampak baik pada proses penundaan resesi yang sebelumnya diproyeksikan terjadi di negara tersebut.
Belakangan, alarm resesi berupa melonjaknya inflasi dan krisis energi yang disebabkan oleh perang membawa ekonomi berbagai dunia mengalami kemerosotan.
Di luar prediksi, ekonomi Eropa mampu tumbuh 0,3 persen lebih besar dari tiga bulan sebelumnya, menentang perkiraan analis dari kontraksi 0,2 persen. Dilansir dari Bloomberg pada Jumat (28/10/2022), pertumbuhan ekonomi di Jerman didorong oleh konsumsi swasta.
"Data tersebut benar-benar menakjubkan mengingat begitu banyak indikator yang menunjukkan bahwa ekonomi telah melambat secara signifikan selama berbulan-bulan. Mungkin ada dua faktor yang berperan [diantaranya] pembukaan kembali aktivitas pasca corona dan banyaknya paket bantuan musim panas yang mengkompensasi efek negatif dari kenaikan harga energi dan perang Ukraina," jelas Jens-Oliver Niklasch, seorang ahli ekonom di LBBW, salah satu pemberi pinjaman yang didukung negara Jerman.
Kendati demikian, Niklasch masih melihat kemungkinan resesi yang akan terjadi pada musim dingin. Hanya saja dirinya menambahkan bahwa hal tersebut tidaklah semenakutkan sebelumnya.
Sementara itu, pemerintah Jerman dilaporkan tengah merancang anggaran subsidi untuk sebagian besar konsumsi gas alam setelah Rusia memangkas pengiriman.
Torehan tersebut sejalan dengan melemahnya produk domestik bruto dari Prancis dan Spanyol pada Jumat pagi. Kedua negara tersebut menambah pertumbuhan sebesar 0,2%.
Sementara itu, pengukur aktivitas sektor swasta yang dirilis oleh S&P Global menunjukkan adanya kontraksi ekonomi pada Oktober mendatang yang akan menyerang Eropa, Inggris, dan AS.
Lebih lanjut, analis yang disurvei oleh Bloomberg memperkirakan Jerman akan menyeret 19 negara zona euro ke dalam resesi tahun depan.
Namun, analis masih memproyeksikan ekonomi industri berat Jerman akan menjadi rentan terhadap melonjaknya biaya energi karena ketergantungan yang berlebihan pada Rusia.
Seperti yang diketahui bersama sebelumnya bahwa pemutusan pasokan gas telah menjadi sarana bagi Kremlin untuk membalas sanksi Barat atas invasi yang dilancarkannya terhadap Ukraina.
Keputusan yang diambil Kremlin tersebut memunculkan kekhawatiran akan kekurangan energi yang diperkirakan mampu memantik inflasi. Data menunjukkan, inflasi Eropa bertahan di atas 10 persen pada bulan ini.
Covestro AG, pembuat polimer dan plastik berkinerja tinggi, memotong panduannya minggu ini setelah laba anjlok di belakang harga energi yang lebih tinggi dan melemahnya pesanan. Disamping itu pemasok industri otomotif, elektronik, dan medis hanya mampu menanggung sebagian kecil dari kenaikan biayanya.
Tak hanya itu, perusahaan pembuat pakaian olahraga Adidas, juga telah mengeluarkan peringatan laba kedua dalam tiga bulan. Dari laporannya, terdapat barang-barang yang tidak terjual dan menumpuk karena permintaan berkurang di pasar China dan Barat.
Kendati demikian, lembaga penelitian Ifo yang berbasis di Munich melaporkan temuannya terkait harapan ekonomi yang dapat menghindari skenario ekonomi terburuk.
"Sangat tidak mungkin kita akan menghindari resesi. Ekonomi Jerman menyusut saat ini tetapi mungkin pada kecepatan yang lebih lambat daripada yang ditakuti kebanyakan orang, dan ini adalah titik terang," kata Presiden Ifo Clemens Fuest.
Terakhir, para ekonom memprediksi kontraksi sebesat 0,4 persen dan 0,5 persen pada kuartal IV/2022 dan kuartal I/2023, sebelum pertumbuhan ekonomi kembali merangkak naik di musim semi.