Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Jepang Setop Impor Kopi Indonesia, Devisa US$36 Juta Terancam Melayang

Kopi Indonesia terancam kehilangan pasar di Jepang. Devisa US$36 juta bisa melayang. Apa penyebabnya?
Petani menunjukkan buah kopi ekselsa di lereng pegunungan Anjasmoro Desa Panglungan, Wonosalam, Kabupaten Jombang, Jawa Timur, Kamis (10/9/2020). Kopi ekselsa atau yang biasa disebut asisa merupakan varietas kopi yang paling banyak tumbuh di kawasan sekitar lereng gunung Anjasmoro dengan ketinggian areal tanam rata-rata 600-1000 mdpl dan harga ditingkat petani berkisar Rp60 ribu per kilogram. ANTARA FOTO/Syaiful Arif
Petani menunjukkan buah kopi ekselsa di lereng pegunungan Anjasmoro Desa Panglungan, Wonosalam, Kabupaten Jombang, Jawa Timur, Kamis (10/9/2020). Kopi ekselsa atau yang biasa disebut asisa merupakan varietas kopi yang paling banyak tumbuh di kawasan sekitar lereng gunung Anjasmoro dengan ketinggian areal tanam rata-rata 600-1000 mdpl dan harga ditingkat petani berkisar Rp60 ribu per kilogram. ANTARA FOTO/Syaiful Arif

Bisnis.com, JAKARTA – Gabungan Eksportir Kopi Indonesia (Gaeki) mengeluhkan pihak importir Jepang yang melakukan setop pembelian kopi akibat adanya kandungan kimia yang melebihi batas ketentuan pemerintah Jepang.

Ketua Umum Gaeki Hutama Sugandhi menyampaikan kopi Indonesia benar-benar terancam kehilangan pasar di Jepang. Secara statistik ekspor kopi ke Jepang di 2022 tidak terlihat turun secara drastis dikarenakan pengiriman di 2022 merupakan penjualan di 2021.

Hal itu terjadi lantaran tidak adanya pembelian kopi Indonesia khususnya kopi robusta dari Lampung oleh pihak Jepang sejak Januari sampai sekarang, di tahun depan dampak penurunan ekspor kopi dapat terlihat secara drastis yaitu hingga 50 persen atau lebih.

“Dalam hal ini Indonesia sangat dirugikan karena akan kehilangan pendapatan devisa sebesar minimal US$36 juta [18.000 metrik ton] atau lebih,” katanya dalam keterangan resmi, Kamis (27/10/2022).

Indonesia sebagai produsen kopi ke-4 terbesar di dunia saat ini sedang terancam kehilangan pasar di Jepang. Pasalnya, sejak September 2022 pemerintah Jepang mendeteksi kandungan kimia Isoprocarb yang melebihi batas 0,01 ppm.

Isoprocarb merupakan bahan kimia aktif hasil cemaran residu pestisida. Dalam hal ini para petani kopi di Lampung menggunakan pestisida berbahan aktif isoprocarb untuk membasmi hama semut. Pestisida kimia yang diaplikasikan menjelang panen dapat menimbulkan residu pada produk akhir.

Berdasarkan data Direktorat Pupuk dan Pestisida Kementerian Pertanian bahwa insektisida berbahan aktif Isoprocarb terdaftar dan mendapat izin Menteri Pertanian untuk pengendalian hama kutu putih (Planococcus citri) pada tanaman kopi (SK Mentan RI No. 597/KPTS/SR.330/M/10/2021).

Adapun, jumlah kontainer yang ditolak oleh Jepang terus bertambah dan pihak importir Jepang pun mulai melakukan pengecekan sampel dan mendeteksi isoprocarb melebihi batas MRL (Maximum Residue Limit) 0,01 ppm.

Akibatnya sejak awal 2022 Jepang mulai menyetop dan bahkan end user dan industri di Jepang sedang merencanakan untuk mengubah formulasi mereka untuk menggantikan kopi Indonesia dengan kopi Vietnam.

Lebih lanjut, Hutama menyampaikan tidak ada nya instansi atau asosiasi kopi di Jepang yang melakukan studi dan mendaftarkan isoprocarb ini ke pemerintahan Jepang sendiri, khususnya pihak MHLW (Minister of Health Labor & Welfare). Maka dari itu MHLW belum menentukan dan memasukan isoprocarb ke dalam negative list. Karena Isoprocarb masuk ke dalam negative list, MHLW menggunakan MRL yang terendah, yaitu 0.01 ppm.

“Namun anehnya, untuk kimia yang sama, isoprocarb telah dimasukan ke dalam positive list oleh MHLW dengan MRL 0,5 ppm dalam hal komoditas beras merah atau brown rice, jauh lebih tinggi daripada MRL untuk kopi,” keluhnya.

Dengan demikian, Hutama dan pihaknya memohon bantuan dari pemerintah Indonesia khususnya Kementerian Perdagangan agar dapat mendiskusikan hal tersebut dengan Menteri MHLW secara diplomatik agar sekiranya dapat meringankan MRL isoprocarb untuk kopi Indonesia.

“Kami berharap Jepang dapat merilis kopi Indonesia yang sudah berada di Jepang yang terdapat MRL masih di bawah 0,1 ppm atau 0,5 ppm mengikuti MRL beras merah untuk memperlancar perdagangan kopi antara Indonesia-Jepang,” tutupnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper