Cari berita
Bisnis.com

Konten Premium

Bisnis Plus bisnismuda Koran Bisnis Indonesia tokotbisnis Epaper Bisnis Indonesia Konten Interaktif Bisnis Indonesia Group Bisnis Grafik bisnis tv

Tiga Subsektor Manufaktur Dinilai Tahan Hadapi Krisis, Apa Saja?

Hilirisasi timah dinilai mampu mendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia di tengah ancaman resesi.
Mutiara Nabila
Mutiara Nabila - Bisnis.com 23 Oktober 2022  |  18:30 WIB
Tiga Subsektor Manufaktur Dinilai Tahan Hadapi Krisis, Apa Saja?
Negara penghasil timah. Tiga Subsektor Manufaktur Dinilai Tahan Hadapi Krisis, Apa Saja?

Bisnis.com, JAKARTA – Rencana pemerintah untuk melakukan hilirisasi pada sejumlah komoditas logam dasar diperkirakan bisa menjadi pendorong ekonomi Indonesia di tengah ancaman resesi, terutama dengan tingginya harga logam dasar. 

Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede mengatakan, di tengah pelemahan ekonomi, ada tiga subsektor di industri manufaktur yang masih cukup resilien meskipun mengalami pandemi pada awal 2020. Ketiga subsector itu adalah industri makanan dan minuman; kendaraan; dan logam dasar. 

Josua menjelaskan, manufaktur di logam dasar bertumbuh lebih dari 15 persen pada kuartal II/2022, dibandingkan dengan pada sektor lainnya, bahkan dibandingkan dengan pada 2019, logam dasar bertumbuh paling cepat kedua. 

“Yang menguntungkan adalah naiknya utilisasi logam dasar seperti nikel dan timah. Jadi hilirisasi logam dasar bisa mendorong pertumbuhan ekonomi,” jelasnya pada Konferensi Timah Rabu (19/10/2022) lalu. 

Di sisi lain, Josua menilai, untuk mempertahankan level harga yang menarik, pengusaha harus memproduksi dengan nilai tambah yang lebih tinggi, terutama logam dasar timah. 

“Hilirisasi adalah salah satu langkah untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan membuat bisnis lebih mudah diakses,” paparnya. 

Adapun, sebagai produsen dan pemilik cadangan timah terbesar kedua di dunia, dengan pangsa sekitar 18 persen, harapannya Indonesia bisa menjadi penentu harga untuk harga timah dunia. 

“Perkiraan harga timah ke depan akan melambat dalam beberapa tahun ke depan tapi ada juga yang memperkirakan akan ada kenaikan dalam beberapa tahun ke depan, perkiraan dari Fitch Ratings. Dari Bank Dunia, 2022 timah diperkirakan US$41.000 per ton, tahun depan US$35.000, dan 2024 US$30.000. Harga timah diperkirakan akan lebih rendah dari tahun ini, makanya kita harus mendorong hilirisasi timah,” ungkap Josua. 

Josua menilai, dengan kontribusi keekonomian dari timah yang besar, perannya komoditas juga menjadi penting bagi ekonomi Indonesia. 

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Simak berita lainnya seputar topik artikel ini, di sini :

hilirisasi josua pardede Resesi krisis timah
Editor : Yustinus Andri DP

Artikel Terkait



Berita Lainnya

    Berita Terkini

    back to top To top