Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Gara-gara Resesi, Semua Komoditas Ekspor Bakal Kena Getahnya!

Ekonom mengingatkan hampir semua komoditas ekspor unggulan Indonesia bakal terdampak resesi global.
Pekerja menata kelapa sawit saat panen di kawasan Kemang, Kabupaten Bogor, Minggu (30/8/2020). Badan Litbang Kementerian ESDM memulai kajian kelayakan pemanfaatan minyak nabati murni (crude palm oil/CPO) untuk pembangkit listrik tenaga diesel (PLTD) hingga Desember 2020. Bisnis/Arief Hermawan P
Pekerja menata kelapa sawit saat panen di kawasan Kemang, Kabupaten Bogor, Minggu (30/8/2020). Badan Litbang Kementerian ESDM memulai kajian kelayakan pemanfaatan minyak nabati murni (crude palm oil/CPO) untuk pembangkit listrik tenaga diesel (PLTD) hingga Desember 2020. Bisnis/Arief Hermawan P

Bisnis.com, JAKARTA - PT Bank Permata Tbk. memprediksi surplus neraca perdagangan ke depannya berpotensi turun seiring dengan prediksi harga komoditas yang lebih rendah akibat resesi global serta mulai meningkatnya impor sejalan dengan pemulihan aktivitas ekonomi domestik.

Kepala Ekonom PT Bank Permata Josua Pardede menyampaikan dalam jangka pendek hingga akhir tahun ini terdapat potensi upside dari ekspor, mengingat kebutuhan energi yang cenderung meningkat pada musim dingin dan akan mendorong ekspor batu bara Indonesia.

“Namun, kami melihat dampak resesi atau perlambatan ekonomi pada 2023 akan lebih besar memengaruhi ekspor kita ke depan,” kata Josua kepada Bisnis, Selasa (18/10/2022).

Selain itu, lanjut dia, ekonomi domestik juga berpotensi melambat. Kendati demikian, melambatnya ekonomi dalam negeri disebut tidak sedalam perlambatan ekspor.

Dengan demikian, neraca perdagangan pada tahun depan diprediksi tidak akan mengalami surplus seperti saat ini.

Josua juga melihat kedepannya semua komoditas ekspor berpotensi terkena dampak akibat adanya resesi global, meskipun rentang penurunannya berpotensi berbeda di antara berbagai komoditas.

Dia mencontohkan, volume permintaan komoditas yang merupakan durable atau tertiary goods seperti otomotif, tekstil, garmen, serta furniture berpotensi menurun lebih dalam jika dibandingkan dengan komoditas kebutuhan dasar seperti energi dan makanan, misalnya batu bara dan crude palm oil (CPO). 

Namun dia mengatakan, komoditas batu bara dan CPO akan lebih terdampak dari sisi penurunan harga.

Kemudian dari sisi negara tujuan ekspor, Josua melihat beberapa negara yang bisa menjadi alternatif dari penurunan ekspor negara tradisional. Negara-negara yang dimaksud adalah negara yang saat ini masih mengalami pertumbuhan yang cukup tinggi seperti negara-negara ASEAN, Timur Tengah, dan Afrika.

Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan total nilai ekspor Indonesia pada periode Januari hingga September 2022 mencapai US$219,35 miliar. Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS Setianto mengatakan total nilai ekspor tersebut masih mengalami peningkatan sebesar 33,49 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper