Bisnis.com, JAKARTA - Guna mengantisipasi ancaman krisis pangan yang tengah menghantui dunia, para Menteri Pertanian dan Menteri Keuangan Negara G-20 berkumpul di Washington DC, Amerika Serikat, Selasa (11/10/2022).
Pertemuan yang disebut Joint Finance and Agriculture Ministers Meeting (JFAMM) ini ditujukan untuk mengatasi krisis pangan dunia, mencakup kebijakan pembiayaan, intervensi sistem pertanian dan pangan, serta kebijakan perdagangan.
Menteri Pertanian RI, Syahrul Yasin Limpo mengatakan bahwa pertemuan tersebut merefleksikan komitmen G20 dalam menghadapi krisis pangan yang dihadapi masyarakat global.
“Pertemuan ini juga menunjukkan koordinasi yang erat antara sektor pertanian-pangan dan keuangan untuk menghadapi tantangan global bersama. Kita butuh bekerjasama dan koordinasi yang kuat," ujarnya secara resmi seperti dikutip, Rabu (12/10/2022).
Menurutnya, pertemuan JFAMM itu membawa banyak manfaat positif bagi dunia pertanian. Terutama, untuk menjamin ketersediaan dan akses pangan bagi semua dan tidak adanya masyarakat yang kelaparan.
"Kita sepakat untuk menjaga keseimbangan produksi dan perdagangan pangan guna menjamin kecukupan pangan bagi semua. Kesepakatan ini diperoleh dalam rangka mengatasi dampak negatif dari pandemi Covid-19 dan dinamika geopolitik perang Rusia-Ukraina terhadap sistem pertanian dan pangan global, khususnya kerawanan pangan dan gizi," terang Mentan
Baca Juga
Kemudian, pertemuan tersebut juga sepakat untuk mendorong percepatan sistem pertanian dan pangan yang tangguh dan berkelanjutan dalam menghadapi berbagai tekanan, baik krisis ekonomi maupun perubahan iklim.
"Kesepakatan ini akan memperkuat kerja sama untuk meningkatkan produktivitas dan produksi pangan, mengintensifkan penelitian pertanian dan pangan; meningkatkan kapasitas pelaku usaha pada rantai pasokan pangan, dan pemberdayaan serta peningkatan kapasitas usaha para petani kecil," ujarnya.
Selain itu, forum juga sepakat untuk mempromosikan perdagangan pertanian yang terbuka, adil, dapat diprediksi, transparan, dan non-diskriminatif untuk memastikan ketersediaan dan keterjangkauan pangan bagi semua.
Terakhir, JFAM mendukung kewirausahaan pertanian yang inovatif melalui pertanian digital untuk meningkatkan penghidupan petani di pedesaan.
"Konsensus ini akan mendorong inovasi, pemanfaatan teknologi digital, dan keterjangkauan infrastruktur teknologi digital. Tujuannya untuk meningkatkan taraf hidup petani di perdesaan, diantaranya melalui penerapan pertanian presisi atau smart farming," pungkasnya.