Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Sebesar 100.000 Ton Jagung Bakal Diekspor, Stok Nasional Aman?

Kementerian Pertanian buka suara terhadap rencana sejumlah perusahaan yang ingin mengekspor jagung sebanyak 100.000 ton.
Pekerja mengeringkan jagung yang baru dipipil di Desa Balongga, Sigi, Sulawesi Tengah, Senin (6/9/2021). Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian mencatat, realisasi Kredit Usaha Rakyat (KUR) secara nasional khusus untuk sektor pertanian jagung hingga akhir Agustus 2021 telah mencapai Rp1,76 triliun yang disalurkan kepada 72.070 debitur. ANTARA FOTO/Basri Marzuki
Pekerja mengeringkan jagung yang baru dipipil di Desa Balongga, Sigi, Sulawesi Tengah, Senin (6/9/2021). Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian mencatat, realisasi Kredit Usaha Rakyat (KUR) secara nasional khusus untuk sektor pertanian jagung hingga akhir Agustus 2021 telah mencapai Rp1,76 triliun yang disalurkan kepada 72.070 debitur. ANTARA FOTO/Basri Marzuki

Bisnis.com, JAKARTA – Kementerian Pertanian menyatakan sudah menerima adanya rencana ekspor jagung sebesar 100.000 ton lantaran surplusnya produksi jagung. Tetapi, di tengah menurunnya tren menanam jagung pada April hingga Agustus 2022, dikhawatirkan cadangan jagung nasional terlalu mepet apabila harus diekspor.

Direktur Serealia Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Kementan Moh. Ismail Wahab mengatakan produksi jagung saat ini di atas 1 juta ton dan kebutuhan jagung nasional untuk pakan ternak sebesar 800.000 ton per tahun.

“Ya ini agak-agak mepet. Kenapa saya kadang-kadang berpikir kalau mau ekspor tuh jangan di bulan Agustus, September karena produksi kita turun dibanding bulan-bulan sebelumnya. Ketika ekspor di bulan-bulan ini mudah-mudahan tidak jadi masalah,” ujar Ismail Wahab dalam diskusi virtual bertema ‘Pro Kontra Ekspor Jagung’, Kamis (22/9/2022).

Dalam catatan Kementan, sepanjang 2022 produksi jagung paling tinggi pada Januari sebesar 2,3 juta ton dengan kadar air 27 persen (ka 27 persen) dan kadar air 14 persen sebesar 1,7 juta ton. Pada Februari 4,7 juta ton (ka 27 persen) dan sebesar 3,4 juta ton (ka 14 persen).

Lalu pada Maret, produksi jagung 3,2 juta ton (ka 27 persen) dan 2,3 juta ton (ka 14 persen). Pada April produksi jagung 1,4 juta ton (ka 27 persen) dan 1,08 juta ton (ka 14 persen).

Selanjutnya pada Mei produksi jagung sebesar 1,9 juta ton (ka 27 persen) dan 1,4 juta ton (ka 14 persen). Juni produksi jagung 2 juta ton (ka 27 persen) dan 1,4 juta ton (ka 14 persen), Juli 1,4 juta ton (ka 27 persen) dan 1 juta ton (ka 14 persen), Agustus 1,2 juta ton (ka 27 persen) dan 893.100 (ka 14 persen, September produksi 1,3 juta ton (ka 27 persen) dan 989.639 ton (ka 14 persen), Oktober 1,1 juta ton (ka 27 persen) dan 866.107 ton (ka 14 persen), November 1,1 juta ton (ka 27 persen) dan 872.682 ton (ka 14 persen.

Ismail Wahab menjelaskan penurunan panen ini disebabkan petani mulai menanam padi kembali karena curah hujan relative banyak. Jagung sendiri, menurut dia, cocok pada saat jarang hujan atau di tanah kering.

Terlepas dari itu, kata dia, jagung merupakan tanaman pavorit bagi petani akhir-akhir ini. Pasalnya, harga jagung cenderung menguntungkan petani. Kecenderungan harga jagung dunia yang membaik pada Januari-Juni 2022, yang naik sebesar 21,53 persen dibanding periode sama 2021, menjadi peluang bagi Indonesia untuk melakukan ekspor jagung.

“Dan program kita pun di Dirjen Tanaman Pangan adalah jagung. Artinya kegiatan bantuan pemerintah dalam komoditas jagung sangat banyak,” ungkap Ismail Wahab.

Dalam catatan Kementan, sejak 2017 Indonesia sudah tidak impor jagung untuk pakan, melainkan hanya impor untuk pangan dan minuman. Pada 2017 volume ekspor jagung sebesar 1.878 ton, 2018 sebesar 272.364 ton, 2019 sebesar 1.701 ton, 2020 sebesar 64.272 ton, dan 2021 sebesar 2.538 ton.

“Impor jagung pakan sendiri diatur dalam Permendag No. 21 Tahun 2021, tapi untuk ekspor belum ada aturannya. Jadi memang ekspor ini harus diputuskan lewat Ratas di Kemenkeu, jadi memang untuk ekspor jagung ini yang dalam volume ini ada 100.000 ton karena permintaan dari para pelaku jagung untuk mengekspor jagungnya pada tahun ini,” papar Ismail Wahab.

Sebelumnya, Perum Bulog menyebutkan situasi pangan Indonesia saat ini aman dan tercukupi, bahkan berencana akan melakukan ekspor komoditas jagung menuju negara dengan Ibu Kota Manila, Filipina.

Kepala Divisi Pengadaan Komoditi Perum Bulog Budi Cahyanto menyampaikan bahwa sejauh ini komoditas seperti beras, jagung, dan daging tergolong aman di tengah berbagai guncangan masalah, seperti Covid-19, PMK, dan geopolitik.

Sebut saja beras yang telah berhasil swasembada, terbukti dengan tidak adanya lagi impor sepanjang 3 tahun. Dia juga mengatakan untuk jagung, tahun ini Indonesia memilkii surplus sebanyak 3 juta ton. Dari surplus tersebut, Budi melihat adanya peluang ekspor, tetapi masih ada beberapa masalah.

“Jagung saya pikir juga berpeluang untuk ekspor karena produksinya kurang lebih surplus bisa sampai 3 juta ton, problematika kami kekurangan dryer, mesin pengering,” ujarnya dalam FMB9, Jumat (19/8/2022).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper